PALANGKA RAYA – Kematian Dwi Anggraini (14), siswi kelas II SMPN-9 Palangka Raya memang tragis dan menyedihkan. Dianiya ibu kandung sendiri, Mulia (40) menggunakan gayung bergagang kayu hingga menghembuskan napas terakhir. Hal itu dilakukan sang ibu karena menilai anaknya melawan perintah.

Lebih mengiris hati, tersangka melakukan perbuatan tersebut hanya karena kesal kepada almarhum karena tidak menuruti perintah tersangka.

“Meninggal dunia dalam keadaan datang bulan. Motif penganiyaan ternyata hal sepele yakni kesal kepada korban, melakukan pemukulan hingga meninggal dunia,” ungkap Kapolres Palangka Raya AKBP Lili Warli, Kamis (26/10) Di Mapolres.

Lili menerangkan sebelum melakukan penganiayaan, diketahui tersangka memang kesal karena melihat darah menstruasi berceceran. Walaupun sempat menyuruh korban makan, minum obat dan istirahat tetapi karena lagi datang bulan, perintah tak dilakukan hingga membuat tersangka marah dan memukul  almarhum.

“Itu salah satu motifnya. Diperparah lagi himpitan ekonomi karena tersangka menjadi single parent(orangtua tunggal) bagi tiga anak, maka semakin menjadi jadi hingga pemukulan dan penganiyaan berujung kematian pun terjadi,” ujar perwira menengah Polri ini.

Lili menyebutkan pula tersangka memang dikenal memiliki emosi tidak terkontrol, tempremental dengan kondisi ekonomi keluarga sulit. Terlebih perbuatan pemukulan tersebut terjadi berulang kali dan kerap kali dilakukan oleh tersangka kepada korban dan adik korban.

”Ini pemukulan kerap dilakukan tersangka kepada korban. Termasuk dua hari sebelum tewas, korban ke rumah tantenya, diakui bahwa Dwi memang sering dipukuli, buktinya adalah bekas memar ditubuh almarhum,” jelas pria lulusan Akpol 1997 ini.

Lili membeberkan pelaku adalah pelaku tunggal. Hasil otopsi pun ditubuh almarhum banyak luka lebam dan luka dalam diderita oleh almarhum, baik bagian perut, paha, lengan, dada, leher hingga bagian belakang korban.

”Kasihan korban ini, pokoknya setiap kali dianiaya tersangka selalu menggunakan bahan apa saja disekitar untuk memukul korban, salah satunya gayung dan cermin. Saya harap ini yang terakhir kalinya terjadi di Palangka Raya,” tegasnya.

Ia menambahkan memang di leher almarhum ditemukan bekas cekikan hingga berakibat korban kehabisan nafas dan diperparah kesehatan korban sedang drop maka berujung kematian korban.

”Saksi sudah kita mintai keterangan dan menyebutkan sebelum meninggal mendengar suara nafas tertahan sehingga yakin bahwa Mulia adalah tersangka tunggal,” ujarLili.

Lebih lanjut, Lili menegaskan berdasarkan keterangan tersangka mengakui menyesal atas perbuatan, terlebih sampai menghilangkan nyawa anak kandungnya sendiri. Tersangka juga sudah siap menerima hukuman apapun dari tindakan keji kepada korban.

“Mengaku sudah dan siap menerima hukuman itu, maka dari itu saya minta ini jadi pembelajaran bagi kita jangan menganiya dan berbuat hal serupa.” pungkasnya. (daq/vin)