SAMPIT— Pemkab Kotim melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat, kembali menggelar kegiatan Manuyang Anak atau Maayun Anak. Agenda tahunan tersebut merupakan salah satu budaya, dan sebagai ungkapan rasa syukur para orang tua atas kelahiran anak mereka.
Digelar di gedung Serba Guna Sampit, kegiatan bernuansa Islami yang kerap digelar juga dalam rangka Maulid Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam ini, diikuti oleh seratus bayi. Para peserta ini ditidurkan di ayunan dari kain yang dihiasi berbagai model anyaman dari daun, dan pernak-pernik lainnya.
Di sela kegiatan itu, Bupati Kotim Supian Hadi menyampaikan, tradisi ini merupakan tradisi masyarakat Kotim pesisir, dengan mengadopsi budaya Islami. Menurutnya, pada dasarnya Manuyang merupakan sebutan masyarakat Kotim saja, pada umumnya Manuyang anak ini diadopsi dari rangkaian Tasmiyahan anak setelah dilahirkan.
”Sehingga prosesnya di mulai dari pemberian nama anak, memotong rambut, dan memberikan rasa manis dan asin kepada bayi yang ditasmiyah. Setelah itu menaiki tuyang, dan kegiatan ini sering juga disebut dengan Palas Bidan,”terangnya, Rabu (14/12) malam.
Supian Hadi juga menilai, pengemasan kegiatan perlu ada yang harus diperbaiki lagi, sehingga ke depan dapat jauh lebih menarik lagi dan dapat menarik wisatawan datang berkunjung untuk menyaksikan.
”Saya yakin beberapa agenda ritual adat dan budaya masyarakat Kotim cukup banyak yang dapat dilaksanakan dan menarik minat wisatawan untuk datang dan berkunjung,” tegasnya.
Kepala Disbudpar Kotim Fajrurrahman menambahkan, diantara seratus bayi yang menjadi peserta kegiatan tersebut, ada bayi yang baru beberapa hari lahir dan langsung diikutkan jadi peserta. Kemudian langsung diberikan nama dan ditasmiyah oleh bupati.
”Untuk mempromosikan wisata yang ada di Kotim pada 2018 nanti, kami mengagendakan kegiatan dengan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin, terutama untuk mempromosikannya. Bahkan akan berkoordinasi dengan beberapa instansi di luar Kalimantan hingga ke pemerintah pusat,” pungkasnya. (dc/gus)