PALANGKA RAYA – Entah apa yang ada dibenak Dwi Hengki Prasetyo. Apakah karena kejamnya dunia atau tak kuat menanggung kerasnya hidup di dunia, ia nekat bunuh diri. Aksi mengakhiri hidupnya dilakukan pemuda berusia 21 tahun itu dengan menjerat lehernya di pohon Geranggeng, Kamis (8/2) sekitar pukul 08.00 WIB.
Diketahui korban baru 10 hari datang dari Jawa bersama ibunya, Purwati (38) dan ayahnya, Siswanto (58) dan berdomisili di di Jalan Keranggan XXIII, Kelurahan Tanjung Pinang, Kecamatan Pahandut, Palangka Raya. Memang diketahui pula ketika tinggal di Jawa, Dwi sudah memiliki keterbelakangan mental. Bahkan selama di Palangka Raya sering termenung dan terkadang juga bisa berbicara sendiri.
Namun aksi tak patut ditiru itu tetap membuat sedih hati kedua orangtuanya. Bahkan warga sekitar sempat geger. Saat ditemukan Dwi tergantung menggunakan seutas tali tambang dengan posisi kaki masih menyentuh tanah. Masih menggunakan topi merah dan pakaian lengkap. Kini kasus itu sudah ditangani Polsek Pahandut dan jenazah dibawa ke rumah sakit RSUD dr Doris Slyvanus Palangka Raya.
Wakapolres Palangka Raya Kompol Bronto Budiyono menyampaikan berdasarkan hasil keterangan terhadap keluarga korban, almarhum memang murni karena bunuh diri dan ditemukan tewas gantung diri di pohon Gerenggang di kebun warga. Namun belum diketahui penyebab pasti kenapa almarhum nekat bunuh diri.
“Penyebab pastinya kita masih belum tahu. Tetapi almarhum diduga memiliki keterbelakangan mental. Almarhum juga baru 10 hari datang dari Jawa dan selama di Palangka Raya selalu termenung dan berbicara sendiri,” ungkap Bronto didampingi Kapolsek Pahandut AKP Roni Wijaya saat dibincangi di lokasi kejadian.
Bronto mengatakan almarhum tergantung di bagian leher pada pohon Geranggeng. Lalu ditemukan oleh saksi sekitar pukul 08.00 WIB, kala itu berniat melihat kebun sehingga dari kejauhan melihat ada orang berdiri di bawah pohon. Namun setelah sekian waktu diamati tidak bergerak dan ternyata gantung diri.
”Saksi Eko dan Untung bersama ketua RT Abdul Kharisno melihat dari jauh menggunakan teropong senapan angin. Namun tidak bergerak dan melihat ada tali melilit dileher dan berkesimpulan gantung diri. Selanjutnya menghubungi Bhabinkamtibmas Kelurahan Tanjung Pinang dan warga lainnya,” jelas Bronto.
Setelah itu, lanjutnya warga langsung datang dan melihat seperti orang berdiri didekat pohon tetapi tidak bergerak. Selanjutnya bersama sama mendekati TKP untuk mengecek ternyata almarhum gantung diri sampai akhirnya dievakuasi.
”Sementara murni bunuh diri dengan cara gantung diri dan memang terlihat tanda-tandanya,” tutur Bronto.
Pamen Polri ini menambahkan berdasarkan pengakuan ibu almarhum, Purwanti disebutkan pada hari Rabu, 7 Februari korban pergi dari rumah tidak diketahui tujuannya kemana. Namun sampai malam hari tidak kunjung pulang ke rumah dan sudah dicari-cari tidak ketemu. Hingga pada pagi harinya ditemukan sudah tergantung.
”Kita sudah evakuasi dan jenazah dibawa ke Doris (RSUD dr Doris Sylvanus). Intinya ini besar kemungkinan gadir (gantung diri),” pungkasnya.
Sementara itu, Purwanti mengatakan almarhum diduga stres karena dari jawa sudah menunjukkan gelagat tidak pada semestinya.
“Korban datang dari Jawa Tengah (Jepara) sekitar 10 hari yang lalu. Tali yang dipakai korban untuk gantung diri berasal dari rumah sendiri. Sebelum di Palangka Raya, di Jawa korban sudah memiliki keterbelakangan mental. Korban memang sering termenung dan terkadang juga bisa berbicara sendiri. Rencananya, jenazah dimakamkan di Palangka Raya,” pungkasnya.
Pantauan Radar Palangka evakuasi langsung dilakukan Wakapolres Palangka Raya Kompol Bronto Budiyono dan Kapolsek Pahandut AKP Rony Wijaya dibantu masyarakat dan relawan. Diangkut menggunakan ambulan dan dibawa ke kamar mayat rumah sakit. Kini jenazah sudah dimakamkan di pemakaman umum.(daq/vin)