PALANGKA RAYA - Aksi nekat dilakukan Rendi Morse (25). Tidak pikir panjang dan sudah tak ada pilihan. Bapak satu anak yang juga tenaga kontrak di Fakultas Ekonomi, Universitas Palangka Raya (UPR) nekad mengakhiri nikmat hidup yang diberikan Tuhan. Ia bunuh diri dengan cara menjerat lehernya dengan seutas tali. Diduga aksi nekad pria yang taat beribadah itu akibat sakit menahun yang dia derita selama bertahun-tahun. Dia tak kuat menahan sakit dibagian kepala. Langkah tak patut ditiru itu juga didorong dan diperparah desakan ekonomi. Rendi menganggap gajinya sebagai tenaga kontrak tidak mencukupi kebutuhan keluarga, satu istri dan satu anak.
Padahal orangtua mereka selalu membantu dan tidak pernah menuntut berlebih. Aksi itu dilakukan Jalan Manjuhan, Komplek Perumahan Aditya II, Kota Palangka Raya, Rabu (21/2) sekitar pukul 10.40 WIB. Barang bukti diamankan berupa tali, telepon dan parang untuk memotong tali.
Jenazah Rendi ditemukan dengan posisi tergantung di dalam kamar tidur oleh istrinya, Vina (24). Walau sempat dievakuasi ke rumah sakit RSUD dr Doris Slyvanus, nyawa Rendi tidak terselamatkan. Perbuatan gantung diri ini sudah tiga kali terjadi di Palangka Raya. Maka itu diharapkan tak lagi terulang kembali.
Vina, istri almarhum mengatakan tidak menyangka sang suami melakukan perbuatan nekat tersebut. Apalagi tidak ada persoalan berarti antara dirinya sendiri.
“Tadi itu baik-baik saja, memang dia sakit kepala dan masuk kamar,setelah itu lama tak dibuka pintu saya ketok dan curiga langsung teriak,” ungkapnya sambil menangis.
Wanita berusia 25 tahun itu menambahkan memanggil warga dan menobrak pintu, sehingga terlihat sudah menggantung. Usai itu mengambil parang dan langsung membawa almarhum ke rumah sakit. ”Pokoknya itu saja, saya tak kuasa menjelaskannya,” ujarnya.
Vina mengakui bahwa sang suami sebelumnya Rendi sering mengeluh mengalami sakit kepala, pernah menyampaikan keluhannya terkait gaji sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
”Saya motif dia bunuh diri tidak tahu, tapi dia pernah mengeluh masalah sakit kepala, juga masalah gajinya yang kecil yang menurutnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah termasuk untuk membeli susu anak,” pungkas Vina.
Sementara itu, Kapolres Palangka Raya AKBP Timbul Siregar menyatakan bahwa aksi itu memang murni kasus dugaan bunuh diri. Namun tetap pihaknya masih didalami, termasuk motif dari aksi bunuh diri yang dilakukan korban.
“Murni bunuh diri, nah motifnya itu belum pasti. Kita mengamankan barang bukti diantaranya tali yang digunakan korban untuk gantung diri sebagai barbuk. Hanya saja berdasarkan pengakuan korban memang sakit dibagian kepala, sakit itu terkadang muncul dan terkadang hilang,” jelas Timbul.
Timbul menambahkan memang ada pengakuan terkait ekonomi, hanya saja mungkin hal itu bukan menjadi dasar aksi nekad itu dilakukan oleh Rendi. “Sakit, kepalanya bekas benturan lakalantas. Bagian belakang biasanya sakit. Ini pengakuan istri korban. Jadi kita masih lidik dan saya harap ini kejadian terakhir, sebab hanya satu bulan ini sudah tiga kasus gadir (gantung diri),” pungkasnya.
Informasi dihimpun aksi nekad itu baru mengetahui setelah Vina berlari keluar rumah meminta pertolongan para tetangga.Mendengar kejadian tersebut langsung mendobrak pintu kamar dan mendapati tubuh Rendi tergantung dengan seutas tali yang terikat di bagian atas kamar dan melilit di lehernya.
Melihat kejadian tersebut Vina mengambil parang dan memotong tali yang melilit leher suaminya tersebut untuk menyelamatkan nyawa. Namun suaminya tak bisa tertolong. Pantauan Radar Palangka, suasana haru menyelimuti kematian Rendi. Vina tak bisa menahan air mata sambil menggendong sang anak.
Beruntung, aksi sigap Kapolres langsung mengendong anak itu dan berusaha memberikan semangat buat Vina dan orangtua Rendi. Tak lama jenazah dibawa ke rumah duka. Puluhan kerabat dan kenalan mendatangi kamar mayat untuk melihat kondisi jenazah. Kini kasus itu masih ditangani kepolisian. (daq/vin)