Sukimun (60) kembali beraksi. Hampir setahun ini dirinya tak terlihat di jalanan trans Kalimatan wilayah Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat. Beberapa hari terakhir, pria ini kembali menjadi perhatian pengendara yang melintas jalan tersebut, karena aksinya menambal kerusakan jalan seorang diri.
Slamet Harmoko, Pangkalan Bun
Teriknya mentari siang kemarin (23/2), tak mengendurkan gerakan tubuhnya. Genggaman tangannya masih tampak kokoh di gagang sekop butut miliknya. Peluh di wajahnya nampak mengkilat diterpa sinar mentari.
Tak peduli lalu-lalang kendaraan, Sukimun seolah asik dengan dunianya. Asik mengaduk tanah, memecah bongkahan aspal dari jalan yang rusak, kemudian ditebar di lubang jalan penghubung lintas pvovinsi itu.
Bermodal sekop, linggis dan ganco, Sukimun, harus kembali menambal jalan trans Kalimantan yang kini mulai rusak itu. Tepatnya di sepanjang kawasan pasar lama hingga pasar baru Desa Karang Mulya, Kecamatan Pangkalan Banteng. Lelaki yang tinggal di RT 02 Karang Mulya ini, kadang harus membawa tanah urug sendiri untuk menimbun jalan yang rusak.
”Ya pakai gerobak ini, kadang ambil tanah urugan. Kalau ada yang bongkar rumah, saya minta bekas bongkarannya untuk menambal jalan rusak,” ujarnya, saat dibincangi koran ini, Jumat (23/2).
Pria ini mengaku tak ada niat khusus yang mendasarinya melakukan pekerjaan itu. Dan juga bukan karena ingin dikenal. Bukan pula untuk meminta sumbangan seperti para penambal jalan rusak lainnya, yang justru memanfaatkan kerusakan jalan untuk mendapatkan rupiah.
”Saya ini orang miskin, buat apa ingin dikenal. Hanya pemulung kok kerjaan saya ini,”cetus Sukimun.
Pantauan di lapangan, kondisi jalan trans Kalimantan mulai kilometer 65-68 dari arah Kota Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat ini, memang penuh lubang. Mulai lubang kecil biasa, dan ada belasan lubang besar akibat aspal yang terkelupas hingga menganga di segala arah. Ditambah, ada aspal yang amblas karena tak kuat menahan beban kendaraan yang melintas.
”Rusaknya banyak, dan membahayakan pengguna jalan. Saya saja harus hari-hati. Makanya saya tambal sendiri jalannya, karena setiap hari saya juga melintas di situ,”terang Sukimun.
Dalam melakukan pekerjaan ikhlas itu, ternyata bukan tanpa halangan. Dirinya mengungkapkan pernah diusir warga saat menimbun jalan di sekitar perkebunan karet. Pria yang sudah menetap di Kalimantan sejak 1983 ini pun sempat heran. Namun akhirnya ia tahu, lubang di jalan yang ditimbunnya itu ternyata digunakan oknum warga untuk mencari rupiah dari pengendara yang melintas.
”Saya juga heran, padahal kan saya membantu, tapi malah disuruh minggir dan dilarang memperbaiki,”tambah Sukimun.
Memperbaiki jalan rusak itu menurutnya sudah dilakukannya sejaktahun 2010 silam. Hal itu ia lakukan setelah mengetahui rekannya sesama pemulung luka berat, karena kecelakaan tunggal yang diakibatkan jalan berlubang. ”Setelah teman saya, beberapa hari berikutnya saya sendiri yang jatuh,”katanya sambil terkekeh.
Sementara itu Supriadi, salah seorang warga Karang Mulya mengatakan, Sukimun memang dikenal suka memperbaiki jalan. Meski tak meminta imbalan, menurutnya warga justru bersimpati. Mereka kadang mendatangi rumahnya dan memberikan sumbangan.
”Kalau pun bantuan itu ditolaknya, ya sebagai gantinya kadang dikasih kardus atau botol-botol bekas. Karena kesehariannya memang menjadi pemulung,”ungkapnya.
Ia menambahkan, kerusakan jalan ini sudah lama terjadi. Dan kini semakin parah, serta jumlah lubangnya juga makin bertambah. Di lokasi yang diperbaiki Sukimun, menurutnya juga sudah menelan korban celaka. Yakni salah seorang pengendara motor sempat terjungkal karena menambrak lubang.
Dirinya pun juga berharap, agar perbaikan jalan tersebut segera dilakukan sebelum jatuh korban lebih banyak lagi.
”Kalau kata warga sekitar situ, sudah ada lima korban terjatuh. Tapi yang saya lihat sendiri baru satu pengendara,”tandas Supriadi.(*/gus)