SAMPIT— Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Pemkab-Kotim) sangat mendukung masuk investasi di wilayah ini, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya yang dalam waktu dekat ini akan masuk Kotim, yakni investasi perkebunan tebu yang akan menjadi bahan baku pabrik gula. Pemkab Kotim mengarahkan investasi ini berada di wilayah utara.
Bupati Kotim Supian Hadi menjelaskan, investor kebun tebu yang masuk Kotim ini dari PT Sudepam. Diungkapkan, sebenarnya investor ini ingin berinvestasi di wilayah selatan Kotim.
Namun lanjut Supian, Pemkab saat ini menginginkan wilayah selatan hanya untuk wilayah pertanian dan sebagai lumbung padi Kotim, sehingga investor ini diarahkan ke wilayah utara.
”Mereka memerlukan lahan sekitar 48 ribu hektare untuk menanam tebu yang dijadikan gula pasir. Nilai investasinya sekitar 250 juta USD,” ungkap, Sabtu (3/3).
Lebih lanjut dijelaskannya, sistem investasi yang mereka tawarkan cukup menarik. Mereka tidak membeli lahan. Sehingga jika ada pemilik lahan yang ingin bekerja sama, mereka akan memberikan bibit, pupuk dan lainnya. Atau masyarakat yang memiliki lahan dan diserahkan kepada investor ini untuk pengelolaannya, dengan sistem bagi hasil.
”Pola kerja sama kemitraan dengan BUMDes juga dapat dilakukan, dan mereka cukup terbuka dengan pola kerja sama yang seperti apa yang diinginkan masyarakat yang memiliki lahan,” terang Supian Hadi.
Untuk tahap awal ini, investor ini memerlukan sekitar 1000 hektare lahan terlebih dahulu, terutama untuk pabrik laboratorium penelitian mereka. Setelah rapat pertemuan, diputuskan bahwa pengurusan izin dan lahan yang diperlukan bisa cepat didapat, maka segera akan dilaksanakan mulai dalam tahun ini juga.
“Saya tekankan masalah perizinan terlebih dahulu harus segara diurus dan dituntaskan, jangan sampai ada kendala di kemudian hari, terkait masalah perizinan,” tegas Supian Hadi.
Dikatakannya pula, Sekretaris Daerah sudah diminta untuk membentuk tim, untuk mencari di mana kira-kira wilayah yang potensial untuk ditanami tebu dengan pola kemitraan, khususnya di wilayah utara Kotim.
Terkait masalah tenaga kerja, Supian juga mengungkapkan saat ini mereka memerlukan sekitar 35-40 ribu tenaga kerja. Dan dirinya meminta agar tanah milik masyarakat jangan dijual, karena jika masyarakat sendiri yang langsung mengelola lahan mereka, maka akan jauh lebih menguntungkan. Sehingga tenaga kerjanya langsung mereka pemilik tanah, dan bekerja sama dengan perusahaan.
”Jadi masyarakat bisa ikut kerja di lahan mereka sendiri. Hasil tanam tebunya mereka dapat, dan mereka juga dapat penghasilan dari perusahaan, sehingga masyarakat dua kali untung. Saya tegaskan lagi, jangan sampai dijual lahannya,“ pungkas Supian Hadi. (dc/gus)