SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur sudah terlanjur menjadikan jelawat sebagai maskot Kota Sampit. Mau tidak mau, suka tidak suka, pemerintah harus membuktikan bahwa Sampit menjadi sentra ikan jelawat. Sayangnya, upaya yang dilakukan selama ini belum menggembirakan.
Budidaya ikan jelawat di Sungai Mentaya gagal. Dinas Perikanan Kotim berusaha mencari tempat baru yang masih steril dari pencemaran, seperti di Danau Pemalasan dan Tanah Mas. Tahun ini, Dinas Perikanan Kotim juga membangun kolam pembesaran ikan jelawat di belakang kantor, dengan kapasitas 126 meter kubik.
Kolam berbentuk lingkaran sedang dalam proses pembangunan. Nantinya air kolam akan diberi arus.
“Memang nanti itu sistemnya arus. Kami sesuaikan dengan habitat jelawat yang ada di sungai,” kata Kepala Dinas Perikanan Heriyanto, Selasa (6/3).
Kolam yang baru dibangun pada bulan ini direncanakan hanya untuk pembesaran jelawat. Jelawat yang nanti akan dibesarkan adalah jelawat berusia 2 hingga 3 bulan. Kolam ini ditargetkan rampung pada bulan Mei 2018.
“Pembibitan jelawat masih ada di BBI (Balai benih Ikan), Kolam ini hanya pembesaran saja,” lanjut Heriyanto.
Dinas perikanan hanya mendapat anggaran sebesar Rp 3 miliar pada tahun ini. Angka tersebut belum diperinci seberapa besar untuk budidaya jelawat. Sedangkan, pembangunan kolam ikan yang ada di belakang kantor dinas itu memakan biaya hampir Rp 150 juta dari APBD 2018.
Selain melakukan pembangunan kolam untuk pembesaran jelawat, pihaknya akan terus mencari danau-danau di Kabupaten Kotim ini yang kondisi airnya masih bagus. Seperti yang baru-baru ini ditemukan di Kelurahan Tanah Mas.
Bersama lurah setempat, dirinya melakukan pengecekan kualitas air dan ketinggian air danau. Jika hasil ujinya bagus, pihaknya akan melakukan pembebasan lahan seluas 15 hingga 18 hektare dan menjadikan area tersebut sebagai kawasan perikanan. (rm-88/yit)