KUMAI – Aktivitas nelayan di sekitar perairan Taman Wisata Alam Tanjung Keluang, Kecamatan Kumai, kadang bersinggungan langsung dengan habitat Penyu Hijau di wilayah tersebut. Seperti pada Rabu (7/3) lalu, seekor Penyu Hijau jantan yang diperkirakan berusia 40 tahun, terpaksa dievakuasi akibat tersangkut jaring nelayan.
Proses evakuasi dilakukan oleh petugas Resort Taman Wisata Alam (TWA) Tanjung Keluang, bersama pihak Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, pada Rabu (7/3) sekitar pukul 14.00 WIB.
Kepala SKW II BKSDA Kalteng, Agung Widodo menuturkan, evakuasi penyu hijau yang terancam punah keberadaannya tersebut berawal dari laporan masyarakat Desa Kubu, Kecamatan Kumai. Mereka menyampaikan tentang keberadaan penyu yang terkena pancing garet nelayan.
”Saat ini penyu hijau tersebut telah berada di taman wisata Tanjung Keluang untuk dilakukan pengobatan. Setelah dinyatakan sehat baru akan dilepaskan kembali,”terangnya, Kamis (8/3) kepada Radar Pangkalan Bun.
Selain itu, pada hari Kamis (8/3) sekitar pukul 00.49 WIB dini hari, Petugas Resort TWA Tanjung Keluang, SKW II BKSDA Kalteng juga menemukan penyu sisik yang baru mendarat dan bertelur. Ada sebanyak 147 telur yang ditranslokasi ke tempat penetasan semi alami, agar lebih aman dan terhindar dari predator telur.
“Sebelum kembali ke laut, penyu sisik tersebut diberi tagging dengan ID 1983,” tambah Agung.
Dijelaskannya, taman wisata alam Tanjung Keluang merupakan tempat konservasi penyu sejak tahun 2011. Sepanjang garis pantai Tanjung Keluang merupakan tempat penyu untuk bertelur. Untuk itu pihak taman wisata alam Tanjung Keluang, SKW II BKSDA Kalteng membangun tempat penetasan semi alami dan bak pemeliharaan Tukik (anak penyu) di lokasi tersebut.
”Dalam 5 tahun terakhir, sebanyak 7.659 telur penyu ditemukan dan 5.172 telur telah menetas dan tukiknya dilepaskan ke laut,” tandas Agung. (jok/gus)