SAMPIT – Belum tuntasnya pemulangan para pekerja seks komersial (PSK) di Lokasisasi Pal 12, Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, menimbulkan masalah baru. Mereka yang masih bertahan di Pasir Putih kembali membuka bisnis esek-esek. Lokasinya hanya berjarak 1 kilometer dari Pal 12. Kondisi ini pun menimbulkan reaksi dari tokoh agama.
”Bagaimana mau menciptakan lingkungan yang agamais jika dibiarkan seperti ini. Harus ada tindakan, saya pun tak senang ada tempat seperti itu (warung remang-remang). Kan sudah resmi ditutup lokalisasi, berarti semua aktivitas maksiat seperti tidak diperbolehkan lagi,” ujar KH M Yusuf Al-Hudromy, Kamis (15/3).
Pendiri Pondok Pesantren Nurul Aitam dan Panti Asuhan Putra Borneo menilai prostitusi tak pantas dibiarkan begitu saja. Dirinya mendorong aparat terkait turun tangan mengatasi hal tersebut. ”Yang saya tahu mereka mengaku berkerja begitu karena ada beberapa hak mereka tidak diberikan,” ujarnya.
Dirinya ingin praktik maksiat itu tak lagi ada di Kotim, dan meminta pemerintah memberikan solusi agar 13 PSK itu tak lagi melacur. ”Tidak boleh pemerintah lepas tangan begitu saja. Prostitusi akan marak lagi,” katanya.
Dia juga siap turun ke lapangan jika aparat terkait dan Pemkab Kotim tak mampu mengatasi masalah tersebut dengan cara yang manusiawi, tanpa kekerasan.
Dirinya heran terhadap instasi terkait yang lamban dalam menangani masalah PSK dan warung remang-remang tersebut. ”Kalau sudah jelas kenapa tidak segera (bertindak),” pungkasnya. (mir/yit)