SAMPIT – Kecamatan Pulau Hanaut memiliki 11 desa penghasil kopi tradisional. Namun, desa yang memiliki kebun terluas hanya di Bapinang Hulu, yakni 6 hektare. Untuk itu, keberadaan pohon kopi tersebut diharapkan tetap dipelihara dengan baik.
Camat Pulau Hanaut Eddy Mashami mengatakan, kebun kopi tradisional rata-rata milik perorangan dan sampai sekarang masih dipelihara. ”Ada sekitar 33 hektare perkebunan kopi di Kecamatan Pulau Hanaut dan yang lebih banyak di Desa Bapinang Hulu, sekitar 6 hektare,” ungkapnya, Rabu (21/3).
Adapun rincian kebun kopi di Kecamatan Pulau Hanaut, yakni Desa Satiruk ada 5 hektare, Desa Bantian ada 5 hektare, Desa Bapinang Hilir Laut (BHL) 3 hektare, Desa Babirah 3 hektare, Desa Bapinang Hilir 2 hektare, Desa Babaung 2 hektare, Desa Penyaguan 1 hektare, Desa Bapinang Hulu 6 hektare, Desa Hanaut 1 hektare, Desa Mekarti Jaya 3 hektare, dan Desa Rawa Sari ada 2 haktare.
Eddy menjelaskan, perkebunan kopi di Kecamatan Pulau Hanaut sudah terkenal luas sejak zaman bahari. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak pohon kopi diganti pemilik lahan menjadi tanaman kelapa dalam. Nanun, pihaknya tetap mengapresiasi karena masih ada masyarakat yang tetap memelihara kebun kopi tersebut walaupun tidak seluas dulu.
”Kami dari Kecamatan Pulau Hanaut akan tetap berupaya melestarikan kopi tradisional yang dikenal dengan brand Kopi Jahe Bapinang. Bahkan, warisan leluhur itu juga sudah dipelajari ibu-ibu PKK kecamatan maupun desa dan hasilnya juga sudah diperjualbelikan melalui kemasan,” katanya.
Hingga kini, lanjut Eddy, kebun kopi milik masyarakat itu akan tetap dipelihara. Diharapkan ke depannya akan ditambah, mengingat pangsa pasar untuk kopi tradisional khususnya di Bumi Habaring Hurung masih sangat menjanjikan.
Terpisah, Kepala Desa Hanaut Ardiansyah membenarkan, di desanya masih ada perkebunan kopi yang ditanam perorangan. Akan tetapi, tidak terlalu luas dibanding dengan desa lain di Kecamatan Pulau Hanaut.
”Iya, di Desa Hanaut ini hanya ada satu hektare. Itu pun milik perorangan. Mungkin perkebunan kopi dahulunya dianggap kurang menjanjikan, sehingga petani banyak yang beralih menanam kelapa. Yang jelas, saya akan tetap mengimbau kepada warga desa untuk tetap menanam kopi tujuannya untuk melestarikan keberadaan kopi tradisional Bapinang yang saat ini sudah mulai dicari masyarakat untuk dinikmati,” harap, Iyan panggilan akrabnya Ardiansyah ini. (fin/ign)