SAMPIT – Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), menggelar sosialisasi, evaluasi, dan pelatihan kegiatan pengembangan usaha pangan masyarakat (PUPM), serta lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM), Senin (16/4) kemarin.
Kepala DKP Kotim Jakatan saat membuka kegiatan yang melibatkan 80 orang anggota kelompok tadi dari Kecamatan Teluk Sampit itu memaparkan, sampai saat ini biaya distribusi pangan dari petani ke pasar masih sangat tinggi. Hal ini ditambah lagi dengan jauhnya jarak dari daerah pedalaman ke pasar di kota.
”Karena itulah, kegiatan lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM) dan pengembangan usaha pangan masyarakat (PUPM) diadakan untuk memotong panjangnya rantai pasokan dan untuk dapat memangkas biaya pendistribusian hasil pertanian,” terangnya.
Jakatan menuturkan, penguatan di subsistem produksi pada ketersediaan pasokan tidak akan memberi nilai tambah bagi masyarakat apabila tidak didukung dengan berjalannya subsistem distribusi. Menurutnya, manajemen distribusi yang baik dan berpihak kepada seluruh lapisan masyarakat sangat mutlak diperlukan, untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan sepanjang waktu.
”Hal ini tentunya membawa konsekuensi bagi pemerintah, untuk menciptakan perundangan dan sebuah lembaga yang mampu memastikan terciptanya kondisi, agar seluruh masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses pangan, secara mudah dengan harga yang rasional dan terjangkau sepanjang waktu,” terangnya.
Jakatan menegaskan, kebijakan menyerahkan kelancaran subsistem distribusi komoditi pangan pokok kepada entitas bisnis dalam mekanisme pasar, tentu saja akan memicu kerawanan sosial. Selain itu, berpotensi dimanfaatkan spekulan, tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional.
Lebih lanjut dijelaskan, PUPM dibentuk juga dalam rangka menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis, rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi agara lebih efisien.
Selain itu, melalui program ini, harga konsumen dapat ditranmisikan dengan baik kepada harga petani (produsen), informasi pasar antarwilayah berjalan dengan baik, mencegah terjadinya pantronclient (pemasukan pangan ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok oleh pelaku usaha tertentu). Kemudian untuk mencegah penyalahgunaan marketpower oleh pelaku usaha tertentu.
Sementara itu, kelompok tani yang mengikuti sosialisasi dan evaluasi ini antara lain Gapoktan Sinar Harapan, Gapoktan Parebok Baru, dan anggota Gapoktan Sinar Abadi. Kegiatan ini juga menghadirkan tiga nara sumber, antara lain Rahmawati dan Aprianus Jaya dari Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalteng, serta Joni Parwoto dari Dinas Ketahanan Pangan, Kotim. (gus)