KOTAWARINGIN LAMA – Terus meningginya debit air Sungai Lamandau mulai berdampak pada pemukiman penduduk di dataran rendah di wilayah Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Sebelumnya, sejumlah titik di jalan menuju kecamatan tersebut sudah terendam banjir.
Seperti di Desa Rungun, jalan masuk ke desa itu mulai terendam banjir. Air juga sudah mulai merendam pemukiman penduduk yang berada di dataran rendah. “Ya Allah banjir lagi Rungun,” ungkap Mely Suyani warga Desa Rungun, melalui akun facebooknya, Senin (30/4) kemarin.
Menurut Mely, air di depan rumahnya sudah sedalam satu meter namun diakuinya juga belum ada rumah penduduk yang terendam banjir. Mulai terendamnnya pemukiman penduduk di Desa Rungun juga diakui Kepala SMPN Satu Atap 1 Kolam yang berkedudukan di Desa Rungun, Sugianur. Dikatakannya, halaman sekolah di tempatnya bertugas sudah terendam sekitar 50 centimeter.
”Kapan pastinya air mulai merendam pemukiman saya kurang tahun, perkiraan saya sehari atau dua hari sebelumnya. Sedangkan di halaman sekolah mulai hari Minggu kemarin,” ujarnya kepada koran ini.
Selain itu, banjir juga memutus akses jalan darat ke Desa Kondang. Syahli, salah seorang guru SDN 1 Kondang mengatakan apabila jalan ke Desa Rungun banjir, maka sudah pasti ke Desa Kondang lebih parah lagi. Salah satu solusinya warga Desa Kondang harus naik kelotok apabila ingin masuk atau keluar desa tersebut.
”Jika air terus meninggi akses darat ke Kondang bisa putus total. Saat ini kalau di paksakan masih bisa, namun kasihan kendaraan karena berpotensi akan rusak akibat terendam air dan lumpur,” imbuh Syahli.
Pantauan koran ini, di ruas jalan Pangkalan Bun-Kolam air juga meninggi sekitar lima centimeter namun arus lalu lintas masih tampak ramai, kendati mobil berukuran kecil dan sepeda motor sudah tidak bisa sama sekali melintas.
”Sepeda motor naik getek dan mobil yang berukuran kecil sudah tidak bisa lewat,” ucap Abran, salah seorang sopir travel jurusan Pangkalan Bun-Kolam, kemarin.
Sementara itu, kondisi di atas berbeda dengan keterangan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar, Hermon F Lion yang mengatakan banjir di jalan pangkalan Bun-Kolam sudah mulai surut. Menurutnya, dari 11 titik yang parah kini sisa enam yang masih tergenang air.
”Pantauan di lapangan, genangan air di jalan Pangkalan Bun-Kolam ini sudah mulai surut. Dari awalnya ketinggian air 60 centimeter kini tinggal 40 centimeter. Jumlah titik genangan air juga sudah mulai berkurang,” paparnya, Senin (30/4) kemarin.
Menurut Hermon, genangan air surut lantaran hujan sudah mudai reda. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa banjir bisa kembali terjadi di Jalan Pangkalan Bun-Kolam.
Dijelaskannya, berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatoligi dan Geofisika (BMKG) Bandara Iskandar Pangkalan Bun, puncak hujan terjadi pada akhir Bulan April hingga Mei. Sehingga tidak menutup kemungkinan jalan Pangkalan Bun bisa terendam lagi pada hujan lebat.
”Memang perlu penanganan khusus agar banjir ini tidak terjadi. Salah satunya meninggikan jalan yang masih rendah, khususnya jalan yang saat ini tergenang harus diutamakan,” imbuh Hermon.
Menurutnya juga, banjir kali ini belum berdampak ke rumah warga. Namun demikian, masyarakat pengguna jalan yang merasakan betul. Karena kendaraan kecil tidak bisa lewat dan harus memutar lewat Kabupaten Lamandau. Hal ini berdampak pada perekonomian masyarakat.
Terkait penanganan jalan ke Kolam, Bupati Kobar Hj Nurhidayah mengatakan akan menjadi prioritas Pemkab Kobar, yakni memperbaiki jalan yang rusak dengan menimbun jalan pakai batu koral.
”Perbaikan jalan tetap kita lakukan. Bahkan ini harus kita prioritaskan. Jika cepat surut baru kita tangani. Hari ini (kemarin) air sudah mulai surut, dan secepatnya akan dikerjakan oleh Dinas PUPR,” terangnya.
Kemudian mengenai rencana pembangunan tanggul di Bantaran Sungai Lamandau, menurutnya perlu kajian teknis terlebih dahulu. ”Kalau tidak ada tanggul maka setiap hujan lebat air naik dan menyebabkan banjir. Pembangunan tanggul itu jangka lama, dan jangka pendek yakni meninggikan badan jalan. Supaya tidak tergenang air saat habis hujan,” tandas Nurhidayah. (gst/rin/gus)