SAMPIT— Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sampit menggelar buka puasa bersama di kampus biru, Jalan Walter Condrat, Sabtu (2/6). Acara tersebut juga dirangkai dengan peresmian Musala Alhikmah STIE Sampit yang baru selesai dibangun.
Ketua Yayasan Pendidikan Kotawaringin Timur Martha Ujai bersyukur karena keinginan kampus itu memiliki musala akhirnya terwujud. Pihaknya berharap agar musala yang dibangun dengan anggaran yayasan itu dapat dimanfaatkan dengan baik.
”Keinginan tersebut sudah lama, dan tahun 2018 ini bisa terwujud. Kami berharap ini dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga mahasiswa tak perlu lagi khawatir ketinggalan salat lima waktu saat kuliah,” ujar Martha.
Tak hanya itu, dengan adanya musala ini diharapkan akan menunjang kegiatan keagamaan mahasiswa. Sehingga mahasiswa semakin kaya akan nilai rohani. Paham radikal pun dapat ditekan.
”Kami ingin musala ini jadi tempat menggodok mental rohani mahasiswa. Ini juga merupakan salah satu upaya kami memberikan wadah pencerahan bagi mahasiswa. Guna membentengi mereka dari radikalisme,” imbuh Ketua STIE Sampit Thamrin Noor.
Sementara itu penceramah Ustaz Syarifuddin Albanjari mengatakan paham radikal dapat dicegah di kampus dengan memberikan pemahaman konsep jihad yang benar.
Dijelaskan Syarifuddin, jihad itu artinya berjuang bersungguh-sungguh. Jihad terbagi menjadi empat bagian yakni, pertama menyampaikan agama sesuai naqli dan aqli. Kedua menyiarkan agama.
”Siang puasa, malam tarawih dan silaturahmi itu contoh jihad dalam syiar agama,” katanya.
Selain itu makna jihad yakni melindungi umat muslim dan menjaga umat nonmuslim. Terakhir, melawan musuh di kala perang.
”Di Indonesia bukan negara berperang maupun diperangi. Jadi tidak tidak benar membom tempat ibadah umat lain. Itu bukan jihad tapi jahat,” pungkas Ustaz.
Seperti diketahui, baru-baru ini ada sejumlah rentetan aksi teror di tanah air. Adanya paham jihad yang salah kaprah menjadi biangnya. Lingkungan kampus merupakan salah satu sasaran bagi teroris untuk menularkan radikalisme. Generasi intelektual ini dinilai sangat rawan terpengaruh adanya paham yang tidak sesuai dengan kaidah agama itu. Sebab itu perlu pencegahan ekstra dari pihak perguruan tinggi agar paham itu tak menular kepada mahasiswa. (oes/yit)