SAMPIT— Sekelompok mahasiswa dari STKIP Muhammadiyah Sampit membentuk komunitas pelestari bahasa Sampit. Gerakan ini muncul karena kurang populernya bahasa tersebut di tengah masyarakat, terutama kalangan anak muda.
Mereka adalah Winarti (21), dan ketiga rekannya Dwi (21), Edi (21) dan Fauzi (19). Mereka melalui gerakan pelestarian bahasa Sampit, mengajak pemuda-pemudi untuk mempelajari kembali salah satu bahasa asli daerah Kalimantan Tengah itu.
Komunitas tersebut mereka namai Barisan Penutur Muda Bahasa Sampit atau yang lebih dikenal dengan Uluh Tabela Paduli Basa Itah. Terdiri dari pemuda-pemudi berusia 15-30 tahun. Saat ini anggotanya telah mencapai puluhan orang.
”Komunitas ini kami pusatkan di kampung Bengkirai, Kelurahan Baamang Hulu. Karena memang mayoritas pesertanya berasal dari sana. Kami berharap, ke depannya kampung Bengkirai dapat berkembang menjadi desa wisata pusat belajar bahasa Sampit, ” ujar Winarti, Jumat (13/7).
Gayung bersambut, respons baik terhadap gerakan ini pun datang dari berbagai kalangan. Belakangan, banjir puluhan video dukungan yang viral di media sosial. Bahkan Bupati Kotawarangin Timur Supian Hadi turut memberikan dukungannya melalui video singkat berdurasi 50 detik yang dibagikan melalui instagram. Selain video dukungan tersebut, beredar pula video tantangan untuk menyebutkan kosakata Bahasa Sampit yang dibuat oleh anak muda hingga pejabat daerah.
Menurut Fauzi, salah seorang anggota kelompok bahwa hal tersebut merupakan bagian dari strategi untuk memopulerkan kembali Bahasa Sampit di tengah masyarakat, terutama anak muda.
”Sasaran utama kami anak muda, karena anak muda merupakan pewaris dan penerus budaya. Jadi kami pikir, pendekatannya pun harus dengan cara kekinian,” ujarnya.
Sementara itu, Lurah Baamang Hulu Sufiansyah mengaku bangga dengan kegiatan pelestarian Bahasa Sampit yang dilakukan sekelompok mahasiswa ini. ”Pelestarian Bahasa Sampit oleh anak muda ini akan memberikan dampak baik pada program pemerintah daerah yang sedang mengembangkan sektor wisata di daerah Baamang Hulu, salah satunya hutan Sagonta Kota. Baamang Hulu dapat jadi cerminan untuk mengenalkan kearifan lokal kota Sampit, salah satunya bahasa” Ujarnya dengan senyum menawan.
Kebanggaan juga mengalir dari dosen muda yang mendampingi kelompok Uluh Tabela Paduli Basa Itah Gita Anggraini . Menurutnya, sudah jarang anak muda yang mau peduli dengan bahasa daerah. Bahkan banyak yang malu menggunakannya karena takut dianggap kampungan. Melalui komunitas ini, sedikit demi sedikit kita berusaha membangun pola pikir bahwa bahasa daerah itu keren.(soc/oes)