SAMPIT – Petani karet di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kembali teriak lantaran harga semakin merosot tajam hingga Rp 6 ribu per kilogram. Pemerintah diminta untuk menstabilkan harga.
“Kami merasa aneh, kenapa harga karet turun naik, bahkan sekarang hanya Rp 6 ribu per kilogram. Seharusnya, harga karet itu seimbang dengan harga beras,” ucap Murhan, petani karet dari Desa Luwuk Ranggan, Kecamatan Cempaga, akhir pekan lalu.
Untuk harga beras saat ini, setiap kali panen mengalami kenaikan. Bahkan sekarang harga beras sudah mencapai Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram.
“Kami hanya merasa aneh saja, harga karet di Kotim, anjlok sedangkan di Kalimantan Barat Rp 10 ribu per kilogram,” ujarnya.
Guna memenuhi kebutuhan rumah tangga, Murhan terpaksa kerja serabutan di perusahaan perkebunan kelapa sawit sekitar Desa Luwuk Ranggan.
“Kalau mengharap uang untuk kebutuhan anak dan istri di rumah dari hasil menyadap karet, itu jauh dari harapan. Yang kami harapkan, pemerintah daerah setempat bukan hanya prihatin, melainkan harus mencarikan solusi agar petani karet bisa jaya kembali,” sarannya.
Sementara itu, Kepala Desa Luwuk Ranggan Holfri Kurnianto membenarkan bahwa harga karet terpuruk. “Sekarang hanya Rp 6 ribu per kilogram,” katanya.
Harga karet saat ini tidak sebanding dengan harga sembilan bahan pokok yang terus mengalami kenaikkan. “Masyarakat menginginkan kembalikan harga karet yakni antara Rp 16 ribu sampai Rp 18 ribu per kilogram. Kalau harga seperti itu, saya yakin petani karet akan sejahtera,” harapnya. (fin/yit)