PALANGKA RAYA – Harga jual komoditas karet di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) saat ini masih relatif stabil. Di tingkat petani, karet dengan kadar kering 40-50 persen seharga sekitar Rp 6 ribu per kilogram, sementara karet dengan kadar kering 68 persen yang biasanya dikirim langsung ke pabrik, dipatok Rp 12 ribu per kilogram.
Kepala Dinas Perkebunan Kalteng Rawing Rambang mengatakan, naik atau turunnya harga karet tergantung pasar internasional. Sebab, ada banyak negara yang memproduksi karet. Tentunya kualitas menjadi persaingan untuk mendapatkan harga jual tinggi.
"Selain persaingan, itu juga tergantung permintaan pasar. Biasanya Tiongkok banyak minta. Jadi, tidak bisa ditebak kapan naik turunnya. Memang, untuk sekarang masih terpantau stabil,” kata Rawing.
Selain itu, faktor cuaca juga memengaruhi harga jual. Cuaca hujan akan membuat kadar air pada karet petani meningkat. Hal inilah yang turut memengaruhi kualitas karet. Sebab, di tingkat pabrik akan menjari karet dengan kadar kering yang lebih tinggi.
"Kan yang dibeli orang itukan yang kadar keringnya tinggi. Kalau punya petani banyak kadar airnya, tetap saja dibeli namun harga tidak begitu tinggi,” ucapnya.
Pemerintah, lanjutnya, saat harga turun tidak bisa berbuat banyak, hanya mengimbau pada petani untuk tidak menjual habis-habisan saat harga karet sedang tinggi. Sebab, kalau stok karet yang ada terus dijual, akan membuat negara penimpor karet ‘kebanjiran’ komoditas tesebut.
"Sehingga kalau negara pengimpor kebanjiran karet, mereka akan mengurangi permintaan. Ini tentu juga berpengaruh terhadap harga,” katanya.
Penurunan harga jual karet yang kerep terjadi tiap tahun menjadi catatan bagi pemerintah. Apalagi komoditas yang satu ini merupakan salah satu unggulan petani di Kalteng. Pemerintah akan membuat terobosan dengan memperbanyak pendampingan, sekaligus membangun kelompok tani.
Memang, tidak semua daerah akan mendapat pendampingan, karena pemerintah hanya akan fokus pada daerah penghasil karet terbesar. Dengan langkah ini, diharapkan komoditas karet tetap bisa memberikan manfaat bagi petani sekalipun mengalami penurunan harga.
"Karena penurunan dan kenaikan harga karet sulit diprediksi kapan akan terjadi. Karena itu, kami perlu membuat kebijakan agar bisa mengakomodir petani,” pungkasnya. (sho/ign)