SAMPIT – Rakaat kedua ibadah salat Jumat di Masjid Jami Assalam Jalan Iskandar, Sampit, Jumat (14/9) siang sempat terhenti. Imam salat mendadak terdiam usai membaca surat Al-Fatihah di ayat terakhir dan tersungkur ke lantai dalam posisi sujud.
Seorang laki-laki di saf paling depan, yang berada di belakang pria sepuh yang ambruk tersebut maju menggantikan posisi imam dan menuntaskan rakaat terakhir. Usai salam kedua, ratusan jamaah mengerumuni pria tua yang telah lemas di mihrab dengan posisi sujud.
Adalah Muhammad Sadri Arsad (74), pria yang dijuluki ustad tersebut, tersungkur sebelum akhirnya diketahui meninggal dunia lantaran diduga terkena serangan jantung. Salah satu jamaah masjid, Ahmad Soleh, membenarkan kejadian itu.
”Sempat terhenti, ketika membaca surat Al-Fatihah, insya Allah kalau tidak salah di ayat terakhir. Yang di belakangnya menggantikan jadi imam sampai salat selesai," ujar Soleh.
Ratusan jamaah berbondong-bondong membawa sang imam ke RSUD dr Murjani Sampit menggunakan mobil ambulans milik masjid. Namun, Ustad Muhammad Arsad dinyatakan wafat sebelum sempat diselamatkan petugas medis.
Salah satu anggota takmir Masjid Jami Assalam, Wahyudin, mengatakan, suara sang imam sudah mulai samar dan serak ketika sampai pada kalimat ”Waladzoollin,” (kalimat terakhir dalam surat Alfatihah) sebelum akhirnya tiba-tiba tersungkur dalam posisi sujud.
”Subhanallah. Beliau itu wafatnya bagus sekali. Bahkan tubuhnya sempat dalam posisi sujud sebelum meninggal. Itu yang menggantikan jadi imam, sempat bingung sesaat sebelum maju ke mihrab. Karena dikira Pak Ustad (Muhammad Arsad) salah gerakan. Tapi setelah ditunggu lama dan mengetahui ada yang tak beres, akhirnya dia maju menggantikan imam dan menuntaskan salat,” terangnya.
Menurut Wahyudin, suara Arsad masih terdengar mendesah ketika tersungkur. Hal itu diketahuinya para jamaah lainnya, lantaran sang imam masih memakai clip on (mikrofon kecil yang diletakkan di baju) hingga salat usai.
Wahyudin juga mengatakan, beberapa hari sebelum meninggal, sang imam sempat menyampaikan keinginannya untuk meninggal dalam posisi sujud. Hal itu disampaikan Ustaz Muhammad Arsad pada istrinya.
”Iya, sebelum meninggal sempat mengatakan ke istri beliau kalau ingin wafat dalam keadaan sujud. Itu saya tahu dari istri beliau langsung. Rahasia Allah memang tidak ada yang tahu,” tambahnya.
Bahkan, sang imam juga diketahui masih kuat membawa motor ke masjid. Pria yang kesehariannya mengajar mengaji itu tak pernah menunjukkan tanda-tanda sakit keras.
Namun, berdasarkan penuturan Wahyudin, dua bulan sebelumnya Arsad sempat menjalani operasi. Tak diketahui penyakit yang menyebabkan sang imam masuk ke meja operasi. Namun, Wahyudin yakin, bukan penyakit itulah yang menyebabkan pria sepuh itu meninggal.
Sebelum salat Jumat dimulai, tak diketahui tanda-tanda Arsad sedang sakit keras. Beberapa jamaah yang lebih dahulu datang ke masjid sebelum sang imam datang, juga mendapatinya masih segar meskipun tubuh dan wajahnya sepuh.
”Beliau datang insya Allah (sekira) setengah jam sebelum salat dimulai. Itu kira-kira pukul setengah dua belas siang. Beliau juga sempat salat dua rakaat sebelum masuk ke mihrab dan mengimami kami semua," kata jamaah lainnya.
Kematian Terbaik
Jamaah lainnya yang mengetahui wafatnya sang imam menyebut, kematian Muhammad Arsad merupakan kematian terbaik. Sebab, yang bersangkutan meninggal dunia di hari Jumat yang diistimewakan dalam Islam.
Pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Darul Aitam Sampit, KH Yusuf Al Hudromy mengatakan, seorang muslim yang wafat di hari Jumat memiliki beberapa keistimewaan. Salah satunya terhindar dari siksa kubur.
”Masya Allah. Yang meninggal di hari Jumat adalah mereka yang beruntung. Sebab, di hari itu, ia terhindar dari siksa kubur dan mendapatkan pandangan baik dari masyarakat atau keluarga yang ditinggalkan," terangnya.
Hudromy melanjutkan, ada sebuah hadis yang dapat menjadi rujukan tentang kematian seorang muslim di hari istimewa itu. Dalam Hadis Riwayat Ahmad, nomor 6582 dan At-Tirmidzi nomor 1074, disebutkan, ”Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, kecuali Allah SWT akan menjaganya dari fitnah kubur.”
Rujukan lain, lanjut Hudromy, juga disebutkan dalam kitab 'Hilyatul Aukiya' yang sumbernya berasal dari para sahabat nabi. Dijelaskan dalam kitab tersebut, siapa pun yang ditakdirkan Allah meninggal di hari Jumat, ia akan jauh dari siksa kubur.
”Waktu tersebut adalah hari Kamis malam setelah terbenamnya matahari, hingga Jumat sebelum azan magrib," jelasnya dia.
Prestasi
Semasa hidup, Muhamad Sadri Arsyad pernah mencatat prestasi membanggakan. Almarhum pernah menjadi juara qori Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional. Dia menjuarai MTQ pada tahun 1970.
”Memang ayah saya pernah juara qori nasional sekitar tahun 1969-1970 lalu,” ujar Anwar Sadat.
Tak hanya itu, dia juga sering menjadi dewan hakim setiap MTQ tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan tingkat nasional. Namanya pun sangat dikenal di kalangan qori dan qoriah. Di bawah bimbingannya, banyak qori dan qoriah berprestasi membanggakan daerah.
”Semasa hidup dia sosok yang luar biasa. Rela bersepeda motor mengajar qori ke pelosok,” katanya.
Bakat seni membaca Alquran yang ia miliki diturunkan kepada anak-anaknya. Lima di antara delapan anaknya mengikuti jejaknya sebagai qori. Termasuk putri bungsunya, Nur Khairia Arsyad, yang juga menjuarai MTQ tingkat nasional. Almarhum juga membuka rumah tahfiz Quran, di rumahnya yang di Jalan Iskandar 29, Sampit.
Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kotim Samsudin mengungkapkan, warga Sampit saat ini sangat kehilangan. Dia menilai almarhum merupakan sosok yang disayangi.
”Sangat merasa kehilangan, karena sosok beliau, banyak masyarakat di Kotim yang menjadi qori,” kata Samsudin.
Atas prestasi dan dedikasinya tersebut, tak heran bila banyak orang mengaguminya. Kini lantunan ayat suci dan azan lima waktu di Masjid Jami Assalam dati mulutnya akan dirindukan jemaah selamanya. (ron/oes)