SAMPIT – Harga buah kelapa sawit di tingkat petani kian terpuruk. Biaya pemeliharaan tidak sebanding dengan hasil penjualan panen. Sebab, harga hanya di kisaran Rp 500 per kilogram.
”Ini harus ada solusi bagi petani, baik oleh pemerintah daerah, pemerintah provinsi, hingga pemerintah pusat. Jangan sampai komoditas sawit ini akhirnya menyerupai harga karet dan rotan yang sudah bertahun-tahun ini jauh dari harapan petani,” kata anggota Komisi I DPRD Kotim Syahbana.
Penurunan harga TBS ini disebabkan faktor global. Selain penurunan permintaan dari negara-negara pengimpor sawit, juga karena adanya perang dagang antara AS dengan China. Padahal, saat ini produksi sawit sedang meningkat.
”Kondisi ini sangat memprihatinkan dengan petani yang menanggung risiko kerugian jika harga sawit terus turun,” tegas dia.
Mengacu pada UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani No 19 Tahun 2013 , kata Syahbana, mestinya pemerintah melindungi dan memberdayakan para petani. “Pemerintah diharapkan bisa melakukan terobosan untuk menyelamatkan petani sawit,” tegas dia. (ang/yit)