SAMPIT – Persoalan yang sering terjadi dalam masalah pangan di Kabupaten Kotawaringin Timur bahkan Indonesia secara umum, yakni berkaitan dengan aspek konsumsi. Seperti konsumsi pangan terbesar masyarakat di Kotim, yakni masih didominasi oleh beras. Sementara, konsumsi bahan pangan lainnya seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, pangan hewani, sayur-sayuran dan buah-buahan masih terbilang rendah.
Dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kotim, Wakil Bupati Kotim M Taufiq Mukri yang menghadiri kegiatan itu menegaskan, bahwa konsumsi pangan harus diseimbangkan. Menurutnya, konsumsi pangan yang tidak seimbang dan beragam tidak menguntungkan jika dilihat dari segi kesehatan maupun dari segi upaya kemandirian pangan.
“Pola konsumsi yang baik dari sisi kesehatan, yakni harus memenuhi asupan gizi yang cukup yang dapat meningkatkan kesehatan sekaligus kemampuan kecerdasan anak, khususnya balita. Setiap bahan pangan memiliki kandungan gizi yang berbeda. Maka semakin beragam pangan yang kita konsumsi, akan semakin lengkap pula zat gizi yang terpebuhi,”paparnya dihadapan peserta rapat yang digelar oleh Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kotim itu, kemarin.
Atas nama Pemkab Kotim, Taufiq Mukri juga mengajak agar masyarakat tidak menjadikan pangan beras sebagai konsumsi utama. Sebab, dari segi kemandirian pangan, ke depan Kotim akan dihadapkan pada pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, yang berarti peningkatan ketersediaan pangan juga harus ditingkatkan.
Dipaparkan, pada saat ini kita masih memiliki cukup peluang untuk meningkatkan produksi pangan tertentu, seperti beras. Tetapi lanjut Taufiq, di masa yang akan datang kondisinya pasti akan berbeda, dikarenakan peluang tersebut akan semakin terbatas dengan permasalahan yang semakin kompleks tentunya.
Dirinya juga menegaskan, pentingnya memantapkan pangan untuk ketersediaan pangan dimaksudkan guna meningkatkan produksi bahan pangan. Bukan hanya beras, tetapi bahan pangan lainnya, seperti yang berasal dari tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan juga perkebunan.
“Setiap instansi dalam lintas sektor pangan, juga harus saling berkoordinasi untuk mengoptimalkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada, khususnya lahan. Termasuk pekarangan dan tentunya juga diiringi dengan peningkatan penggunaan teknologi,” imbuh Taufiq.
Dengan demikian, masyarakat Kotim diharapkan tidak lagi bergantung pada pemasukan pangan dari luar daerah. “Khususnya untuk komoditi beras dan jagung yang harusnya dapat diproduksi di daerah sendiri, dan tidak perlu harus menyuplai dari luar daerah,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kotim, Ir Jakatan juga memaparkan, untuk memantapkan ketersediaan pangan menuju kemandirian pangan, maka harus dilakukan terus menerus peningkatan produksi pangan yang bukan hanya beras. Tetapi bahan pangan yang bergizi tinggi lainnya.
“Ada banyak cara untuk mengembangkan kemandirian pangan, salah satunya mengembangkan cadangan pangan di berbagai lini, dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa. Dengan memantapkan ketersediaan pangan ini kita harapkan dapat mengatasi adanya masalah mendesak, seperti kerawanan pangan. Sekaligus mendukung cadangan pangan nasional yang selama ini memang sudah berkembang,” paparnya, Kamis (25/10).
Jakatan juga mengimbau kepada segenap masyarakat Kotim, agar dapat mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanam segala jenis tanaman pangan. Agar kedepannya dapat dikonsumsi sendiri.
Diterangkannya, langkah ini salah satu cara untuk memberikan dorongan kepada masyarakat agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu, seperti beras dan bahan pangan import atau makanan siap saji, yang jika dilihat dari segi kesehatan sangat tidak memenuhi gizi yang optimal.
Ditambahkan Jakatan, aparat pemerintah juga harus dapat memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengurangi konsumsi beras dan menggantikannya dengan bahan pangan lokal lainnya.
“Seperti pada acara-acara pertemuan, kegiatan, maupun rapat, kita juga sudah memberikan contoh agar menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat, yakni mengkonsumsi makanan ubi-ubian, kacang-kacangan dan jagung rebus, susu jagung, seperti pada pertemuan ini,”pungkasnya. (hgn/gus)