PANGKALAN BANTENG - Petani padi di Kecamatan Pangkalan Banteng terus berinovasi. Di musim tanam Oktober- Maret ini uji coba benih padi baru untuk areal persawahan di Desa Berambai Makmur kembali dilakukan. Mereka menanam padi jenis Inpari, 30, 40, dan 42. Kemudian padi jenis Cibalom dan Pandan Wangi
Petugas Penyuluh Pertanian dari kantor BPP Pangkalan Banteng, Edi Teguh Prasojo mengatakan bahwa ujicoba penanaman padi jenis baru bertujuan untuk mencari varietas terbaik yang sesuai dengan kondisi lahan di Pangkalan Banteng.Selain mampu menghasilkan panen lebih banyak , jenis-jenis padi tersebut juga memiliki ketahanan lebih baik terhadap kondisi tanah yang memiliki keasaman tinggi.
“Tingkat ketahanan terhadap keasaman tanah lebih baik, vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma. Keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi,”terangnya, Kamis (22/11).
Edi melanjutkan, sistem perakaran yang lebih kuat membantu tanaman untuk tidak mudah rebah ketika terhempas angin serta jumlah anakan yang lebih banyak dibanding jenis padi lainnya. Ujicoba padi jenis ini merupakan salah satu langkah menghadapi musim kemarau pada musim tanam April-September ini.
“Memang untuk harga benih sedikit lebih mahal, namun dengan rendemen mencapai 68,36 persen cukup sepadan,”tambahnya.
Dengan penerapan tanam jajar legowo, lanju Edi, akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.“Jajar legowo 4:1 yang kita gunakan,”tambahnya.
Cara tanam padi jajar legowo menurutnya merupakan salah satu teknik penanaman padi yang dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi, serta memberikan kemudahan dalam proses pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.
“Sistem ini juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong,” tandas Edi. (sla/gus)