KOTAWARINGIN LAMA – Jalur pendidikan non formal yang difasilitasi oleh pemerintah melalui kelompok belajar yang disetarakan masih mampu menyedot animo masyarakat, terutama bagi warga padesaan.
Salah satunya di Desa Babual Baboti, Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam). Di desa ini ada puluhan warga yang mengikuti pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan Non Formal atau sejenis Sanggar Kegiatan Belajar Kotawaringin Barat di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kobar.
Pelaksanaan program pendidikan kesetaraan itu meliputi paket A (setara SD), paket B (setara SMP), dan paket C (setara SMA) di desa yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten sukamara itu diinisiasi oleh Mulyono, petugas Penyuluh Keluarga Berencana (KB) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Kobar yang bertugas di Kecamatan Kolam.
Kepada Radar Pangkalan Bun ia mengatakan bahwa kegiatan pendidikan kesetaraan di Desa Babual Baboti itu untuk mendukung program kampung KB, dimana desa tersebut merupakan salah satu dari tiga desa di Kecamatan Kolam yang ditetapkan sebagai kampung KB.
“Alhamdulillah warga menyambutnya cukup antusias setelah disosialisasikan dan saya berharap dengan pendidikan kesetaraan ini dapat mengurangi keterbelakangan masyarakat Desa Babual Baboti,” kata Mulyono, Selasa (2/7)
Menurutnya program ini merupakan tugas BKKBN yang mengimplementasi program Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang dituangkan dalam program Nawacita pada butir tiga yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah terpencil. “Kemudian di butir ke-5 meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia dan terakhir di butir ke-8 melakukan revolusi karakter bangsa,” bebernya.
Kegiatan yang diikuti oleh 60 warga belajar ini tergabung dalam kelompok belajar kampung KB diakui Mulyono berkat bantuan dari Pemerintah Desa Babual Baboti, Satuan Pendidikan Non Formal Kobar, Cabang Dinas Dikbud Kolam dan SMPN 5 Kolam.
Puluhan warga belajar itu terbagi menjadi paket A dengan tujuh orang, paket B ada 23 orang dan paket C ada 33 orang dengan usia peserta didik beragam.
“Paling muda kelahiran tahun 2008 dan yang tertua kelahiran tahun 1966. Dan pada awal tahun pelajaran 2019/2020 ini akan dibuka pendidikan kesetaraan di Desa Sakabulin dan saat ini sudah ada 25 orang yang mendaftar sebagai calon warga belajarnya,” tandas Mulyono.(gst/sla)