SAMPIT – Penanganan masalah stunting di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur. Stunting tidak hanya masalah gangguan tumbuh kembang anak balita (bawah lima tahun) namun juga berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan yang tidak maksimal.
Ada 10 desa yang menjadi fokus penanggulangan stunting di Kotim, di antaranya di Desa Tumbang Saluang, Tumbang Tawan, Tumbang Keminting, Ujung Pandaran, Lempuyang, Rantau Suang, Babaung, Bukit, Bawan, dan Handil Sohor.
“Saya berharap orang tua dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya pengasuhan pada 1000 hari pertama kehidupan, untuk mendukung tumbuh kembang anak, mencegah terjadinya stunting,” tutur Wakil Bupati Kotawaringin Timur Taufiq Mukri saat membuka sosialisasi pendidikan keluarga pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita, dimana badan anak terlalu pendek untuk usianya akibat kekurangan gizi kronis. Orang tua harus memahami apa yang seharusnya dilakukan di 1000 HPK serta hubungannya dengan pencegahan stunting.
”Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal, menjadikan anak menjadi rentan penyakit dan di masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas,” jelasnya.
Lebih lanjut 1000 HPK merupakan masa penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan pengasuhan orang tua yang tepat sehingga bisa mencegah terjadinya stunting.
”Sayangnya informasi itu belum tersosialisasi dengan optimal, jadi masih ada para orang tua yang tidak mengetahui bagaimana cara pengasuhan yang optimal bagi-anak-anaknya terutama di masa penting dalam 1000 hari pertama kehidupan mereka,” imbuh Taufiq.
Dirinya ingin pengetahuan ini dapat diinformasikan seluruh Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa.
“Sehingga diharapkan nantinya anak-anak kita menjadi anak-anak yang baik sehat, dan jadi anak-anak yang cedas dapat menjadi pemuda harapan bangsa,” cetusnya.
Penurunan stunting tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi harus didukung oleh seluruh elemen lapisan masyarakat, dengan memberikan asupan gizi.
Stunting di Kotim masih terbilang tinggi, yakni mencapai 35 persen. Dari 10 anak, tiga di antaranya mengalami stunting. Sedangkan standar WHO sendiri paling tidak 20 persen.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kotim Suparmadi menuturkan, sosialisasi ini merupakan upaya Dinas Pendidikan dalam penanganan stunting dengan memberikan informasi dalam rangka penurunan stunting.
“Semoga bisa memberikan informasi kepada masyarakat, sebagai langkah yang kita ambil dalam pendidikan keluarga dalam penanganan stunting,” tandasnya. (yn/yit)