PANGKALAN BANTENG - Penyalahgunaan obat-obatan di kalangan remaja di Pangkalan Banteng cukup memprihatinkan. Di saat miras sedikit sulit didapat karena gencarnya razia aparat, tampaknya para pemabuk tak kehabisan akal.
Di wilayah tersebut, kini kembali marak tren mabuk dengan mengkonsumsi obat batuk jenis Komix dalam jumlah banyak untuk satu kali minum. Selain para remaja dan pemuda yang sudah putus sekolah, informasi yang diperoleh koran ini menyebutkan bahwa banyak para pelajar dari sejumlah sekolah di Pangkalan Banteng kerap tepergok warga sedang ngomik di beberapa lokasi.
”Kadang di bundaran emas simpang Amin Jaya itu, kalau malam lokasinya kan sedikit gelap. Ada juga yang di halte dekat kantor camat. Tapi di lokasi itu sudah jarang karena sering diusir sama penjaga kantor,” ungkap Umar, warga Pangkalan Banteng, Kamis (25/2) pagi.
Selain dua tempat tersebut, dugaan maraknya penyalahgunaan obat batuk Komix untuk mabuk dapat dilihat dari banyak ditemukannya bungkusan obat batuk sirup tersebut di sejumlah wilayah lain di Pangkalan Banteng.
Salah satunya di bawah Jembatan Aliong (semanggang) dan juga di sudut perkebunan karet yang berada di perbatasan Desa Karang Mulya dan Sungai Pakit. Tak hanya kemasan obat batuk itu saja, di lokasi yang cukup tersembunyi itu juga diduga sering dijadikan tempat pesat miras hingga tempat langganan untuk pacaran.
---------- SPLIT TEXT ----------
Kapolsek Pangkalan Banteng Ipda Imam Sahrofi mengatakan, laporan terkait banyaknya aksi ngomik dan ngelem di Pangkalan Banteng sudah sering masuk. Namun saat didatangi semua sudah kabur.
”Sebagian memang pernah kami tindak, kita amankan dan panggil para orang tua mereka. Tapi sepertinya tidak ada yang kapok dan kembali ngomik dan bahkan mengajak teman-teman yang lain,” ujarnya, kamis (26/2) siang.
Imam menduga, kembali maraknya konsumsi obat batuk Komix dalam jumlah banyak karena selain harganya murah, juga karena sulitnya mendapatkan obat jenis Dextro dan juga miras baik bermerek dan juga arak beras yang dulunya menjadi favorit para remaja dan pemuda putus sekolah.
”Satu dus obat batuk itu, bisa dikonsumsi oleh dua hingga tiga orang dengan harga yang murah, selain itu bisa didapatkan dengan cara yang mudah karena dijual secara bebas di pasaran,” katanya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Pihaknya meminta kepada para orang tua untuk waspada akan penyalahgunaan obat tersebut. Karena, saat ini sudah banyak yang disalahgunakan.
”Kalau hanya bawa satu, itu bisa ditolerir, tapi kalau orang tua menemukan dalam jumlah banyak, harus dicurigai,” katanya.
Beberapa warung dan toko obat yang sempat didatangi Radar Pangkalan Bun mengaku, penjualan obat batuk dalam kemasan sachet itu memang mengalami peningkatan, pembelinya pun kebanyakan dari kalangan remaja. Bahkan, ada yang mengaku membeli untuk dijual kembali.
”Seorang remaja pernah akan membeli dalam jumlah banyak dengan alasan untuk dijual, tapi harga yang diinginkannya sama dengan harga beli toko. Tapi tidak saya layani, saya hanya membatasi pembelian maksimal dua sachet untuk anak-anak,” katanya seraya enggan menyebutkan nama. (sla/yit)