SAMPIT— Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Kotawaringin (Kotim) menggambarkan visualisasi geografis dari hasil analisa data indikator kerentanan terhadap kerawanan pangan. Memalui Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) yang merupakan peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan Kotim.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Hanif Budinugroho menjelaskan, daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan, dan mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan? Dapat kita lihat dari FSVA. Sehingga pemerintah dapat mengambil langkah untuk melakukan penangannya.
Arah kebijakan pembangunan ketahanan pangan di Kotim bersifat terpadu berintikan struktur organisasi perangkat daerah (SOPD) terkait, serta bersifat kegiatan lintas sektoral yang dilaksanakan secara bertahap, dilakukan assesment setiap tahun untuk melihat kemajuan program.
Adapun analisis komposit FSVA menggunakan enam prioritas. Prioritas utama yang menggambarkan tingkat kerentanan pangan wilayah yang paling tinggi, sedangkan prioritas enam menunjukkan wilayah dengan tingkat ketahanan pangan yang paling baik.
“FSVA merupakan peta tematik yang menggambarkan visualisasi geografis dari hasil analisa data indikator kerentanan terhadap kerawanan pangan. FSVA mampu menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan sasaran serta intervensi kerawanan pangan dan gizi,” terangnya.
Dengan kata lain, wilayah prioritas satu memiliki tingkat risiko kerawanan pangan yang lebih besar dibandingkan wilayah lainnya sehingga memerlukan perhatian segera. Meskipun demikian, wilayah yang berada pada prioritas satu tidak berarti semua penduduknya berada dalam kondisi rawan pangan, juga sebaliknya wilayah pada prioritas enam tidak berarti semua penduduknya tahan pangan.
Sementara itu lokus penanganan pangan diwilayah desa diprioritaskan di desa-desa prioritas satu sampai tiga yang tersebar di Kecamatan Mentaya Hilir selatan, Teluk Sampit, Pulau Hanaut, Seranau, Mentaya Hilir Utara, Kota Besi, Cempaga, Cempaga Hulu, Tualan Hulu, Bukit Santuai, Antang Kalang, dan Telaga antang.
“Selain juga terhadap desa yang lokasinya jauh dari ibu kota kabupaten atau wilayah yang berbatasan dengan kabupaten lain serta desa di kabupaten yang menghadapi kendala akses fisik terhadap sumber pangan, desa pemekaran yang fasilitas, infrastruktur dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) masih terbatas,” tutupnya.
Hanif Budinugroho mengatakan meskipun produksi beberapa komoditi pangan mengalami peningkatan dari tahun - tahun sebelumnya tapi ternyata ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri masih belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan pangan yang terus meningkat. (yn/dc)