SAMPIT – Ramalan usang kematian koran digaungkan sejak beberapa tahun silam. Faktanya, hingga kini sebagian besar media cetak masih eksis dan kian berkibar meski sebagian memilih tutup. Inovasi dan kreasi jadi suatu keharusan bagi media cetak agar tetap bisa bertahan melawan kiamat koran.
Demikian benang merah yang bisa ditarik dari kegiatan pemberian penghargaan kepada sejumlah media cetak yang digelar Serikat Perusahaan Pers (SPS) di Banjarmasin, Jumat (7/2) lalu. Radar Sampit ikut menghadiri kegiatan itu dan diganjar sejumlah penghargaan prestisius.
Ketua Harian SPS Pusat Januar Primadi Ruswita mengatakan, media cetak saat ini mengalami masa disrupsi. Namun, sebagian justru masih bisa bertahan dengan menyajikan karya jurnalistik yang bernilai tinggi.
Januar mengapresiasi peserta yang telah mengirimkan karya jurnalistiknya untuk mengikuti ajang penghargaan yang digelar SPS setiap tahun tersebut. Menurutnya, hal itu sebagai salah satu cara media cetak bertahan di tengah gempuran teknologi.
Sementara itu, dalam ajang tersebut, Radar Sampit menerima tiga penghargaan sekaligus. Tak tanggung-tanggung, tiga penghargaan itu merupakan yang tertinggi, yakni kategori Indonesian Youth Media Award (IYRA), Indonesian Print Media Award, dan the best of investigation reporting newspaper.
Radar Sampit memenangkan emas (gold) dari semua penghargaan itu. Untuk kategori IYRA, dewan juri memberi apresiasi tinggi terhadap halaman Zetizen Radar Sampit yang terbit 3 November 2019 dengan judul konten, ”Membangun Kreativitas lewat Ketakutan”.
Selanjutnya, untuk IPMA, cover yang mendapat penghargaan adalah edisi 13 September 2019 yang menampilkan ilustrasi seorang anak menggunakan masker akibat pekatnya kabut asap. Cover itu diperkuat lagi dengan judul berita yang memberikan pesan mendalam, ”Tolong Selamatkan Kami”. Edisi itu membahas kabut asap yang menyelimuti sejumlah daerah di Kalteng yang belum ditangani secara serius.
Selanjutnya, the best of investigation reporting newspaper, dewan juri memberikan penghargaan gold untuk liputan khusus Radar Sampit yang terbit 7 September 2019. Liputan itu mengulas secara mendalam dan lengkap fenomena akar bajakah yang viral karena disebut-sebut bisa menyembuhkan kanker.
Khusus untuk penghargaan ketiga, Radar Sampit bersanding dengan media nasional yang juga menerima penghargaan serupa, yakni Kompas dan The Jakarta Post, serta satu media lokal Batam Pos. Radar Sampit berhasil menyisihkan ratusan media cetak lainnya yang tersebar di seluruh Nusantara.
Direktur Radar Sampit Siti Fauziah mengatakan, penghargaan yang diterima Radar Sampit jadi pemacu semangat untuk menampilkan karya-karya jurnalistik bernilai tinggi. Penghargaan itu bisa diraih berkat kerja sama tim yang solid.
”Dengan penghargaan yang diterima ini, juga ingin membuktikan bahwa Radar Sampit masih bisa bertahan di tengah disrupsi media cetak dengan menampilkan karya-karya terbaik yang diakui secara nasional. Ini juga berkat dukungan dan masukan pembaca setia Radar Sampit,” ujarnya. (ign)