PANGKALAN BUN – Angin puting beliung menerjang pesisir Kumai, tepatnya di Taman Wisata Alam (TWA) Tanjung Keluang, Kabupaten Kotawaringin Barat. Kejadian itu membuat warga di Desa Kubu panik. Munculnya angin puting beliung yang disertai hujan deras tersebut terjadi dua kali pada Selasa (9/6), sekitar pukul 16.30 WIB.
Angin puting beliung atau yang dikenal warga setempat dengan sebutan angin puyuh tersebut membuat khawatir warga karena masih banyak keluarga mereka yang beraktivitas di laut untuk mencari ikan.
Salah seorang warga Desa Kubu, Ibat, yang sempat mengabadikan momen tersebut mengungkapkan, pada mulanya cuaca di pesisir Kumai sangat buruk. Gelombang cukup tinggi, sementara itu di atas langit muncul awan hitam tebal menggantung.
”Tiba-tiba saja dari balik awan hitam yang menggumpal tersebut muncul pusaran angin yang membentuk seperti tornado. Kalau kami di sini menyebutnya angin puyuh," ujarnya.
Ketika angin tersebut membentuk pusaran yang besar, seketika turun hujan deras disertai angin kencang. Warga sempat merasa cemas lantaran angin tersebut seolah-olah mendekat ke pantai. Namun, sekitar beberapa menit berikutnya angin tersebut menghilang di sekitar TWA Tanjung Keluang yang dikenal sebagai tempat penangkaran penyu hijau.
Dia melanjutkan, ketika kecemasan warga berkurang, mereka dikejutkan kembali munculnya angin di arah yang sama. Angin puyuh kedua ini cukup besar, bahkan dari kejauhan sangat jelas terlihat.
”Waktu itu sekitar pukul 16.30 WIB, angin puyuh pertama muncul kurang lebih 2 menit, kemudian hilang, dan kurang lebih 3 menit muncul lagi dengan lama waktu lagi kurang lebih 7 sampai 8 menit dan langsung turun angin kencang dan hujan," terangnya. Tidak ada korban jiwa maupun luka serta kerusakan yang ditimbulkan angin puyuh tersebut.
Sementara itu, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi (Stamet) Iskandar Klas III Kotawaringin Barat Rangga Setya Pratama mengatakan, fenomena yang viral di medsos soal pusaran di pesisir Kubu sore itu disebut water spout.
Menurutnya, fenomena itu mirip dengan tornado yang durasinya berkisar dari menit hingga lebih dari satu jam. ”Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan wilayah lokal itu terdapat awan cumulonimbus yang mengandung petir sebagai pemicu terbentuknya water spout tersebut," tegasnya.
Dia menegaskan, semua fenomena terkait pusaran angin sangat berbahaya bagi warga saat beraktivitas, karena sifatnya yang merusak. ”Jika cuaca sekitar terpantau buruk, agar dapat mempertimbangkan kembali keinginan untuk melautnya, lebih baik tunda dulu sampai keadaan cuaca membaik," pungkasnya. (tyo/sla/ign)