Bukit Lubang Kilat tengah viral di media sosial. Lokasi itu menjanjikan pemandangan bak negeri di atas awan. Objek wisata andalan Desa Riam Tinggi, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau tersebut layak untuk disinggahi para penikmat keindahan dan ketinggian.
RIA MEKAR ANGGREANY, Lamandau
Objek wisata Bukit Lubang Kilat baru populer belakangan ini. Musababnya, jalur untuk mencapai lokasi tersebut sebelumnya perlu pejuangan berat. Harus melintasi jalan setapak yang terjal dan licin. Perlu stamina yang cukup untuk bisa sampai puncak, sehingga tak jarang banyak pengunjung yang menyerah meski baru setengah perjalanan.
Sejak Desember tahun lalu, pemerintah telah menyelesaikan jalan dan tangga dari cor semen untuk membantu pendaki. Pembangunan infrastruktur itu membuat lokasi wisata itu kian mudah dicapai.
Untuk menuju lokasi hanya memerlukan waktu sekitar 1,5 - 2 jam dari Kota Nanga Bulik. Pengunjung disarankan berangkat dari Kota Nanga Bulik sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Dengan demikian, pukul 04.30 WIB sudah sampai gerbang masuk.
Perlu waktu sekitar 30 menit untuk mendaki hingga ke puncak. Sekitar 450 meter jalan sudah berupa cor semen, sehingga memudahkan pengunjung. Sisanya, sekitar 400 meter lagi masih jalan tanah gusuran yang cukup lebar.
Sekitar pukul 05.00 WIB, saat matahari pagi baru muncul dari ufuk timur, pengunjung akan disajikan indahnya fenomena alam Bukit Lubang Kilat. Lokasi itu ibarat surga tersembunyi di tanah Kalimantan.
Embun pagi yang naik dari pucuk pohon di bawah bukit tampak terlihat seperti gumpalan kapas atau awan. Posisinya berada di bawah pengunjung, sehingga seolah berada di atas awan. Pucuk-pucuk bukit di seberang juga akan terlihat muncul di atas hamparan awan putih tersebut.
Pemandangan indah itu bisa kita saksikan cukup lama, sampai semua awan benar benar naik ke atas sekitar pukul 07.00 WIB. Setelah itu, pemandangan akan berubah menjadi hamparan hutan hujan tropis yang cantik.
Objek wisata tersebut cukup sering dikunjungi sejumlah wisatawan lokal maupun mancanegara. Setelah dua kali mendaki bukit itu, Radar Sampit berbincang dengan Kepala Desa Riam Tinggi Endang.
Dia mengisahkan cerita atau legenda asal muasal nama Lubang Kilat. Dahulu kala, katanya, di wilayah bukit tersebut terdapat sebuah pedukuhan yang berdekatan dengan sebuah perkampungan.
Dukuh merupakan tempat beberapa warga kampung yang tinggal terpencil di tengah hutan tempat berladang. Meskipun warga kampung, mereka lebih banyak tinggal dan hidup di dukuh.
”Suatu hari warga di kampung sedang melakukan pesta, namun mereka tidak mengundang orang yang tinggal di dukuh di atas bukit itu," katanya.
Mengetahui dia tidak diundang di pesta tersebut, orang dukuh marah karena merasa tidak dianggap atau dihargai dan diremehkan warga kampung. Orang dukuh yang kesal itu tetap nekat datang ke kampung dengan menyimpan amarah di hati.
”Tapi dia datang dengan membawa seekor monyet yang diberi baju dan celana layaknya manusia," tuturnya.
Hal tersebut, lanjutnya, membuat warga heran melihat orang dukuh membawa monyet yang berpakaian layaknya manusia. Warga pun menertawakan monyet tersebut. Setelah ditertawakan warga, pria tua dari dukuh itu sedih dan kembali ke dukuh dalam keadaan hujan deras disertai petir.
”Kemudian petir-petir menyambar area pedukuhan hingga perkampungan itu, sehingga area tersebut sekarang disebut Bukit Lubang Kilat karena pernah disambar petir atau kilat. Terlihat dari batu-batu yang pecah yang dulunya merupakan jurug/lumbung dan rumah penduduk. Dulu juga masih ada lubang bekas petir menyambar di batu hingga terbelah,” katanya.
Sampai saat ini, Endang menambahkan, warga setempat percaya monyet tidak boleh dipakaikan baju layaknya manusia jika tidak ingin tersambar petir. Dia juga mengatakan, ada pantangan bagi pengunjung agar selama mendaki bisa menjaga perkataan dan perilaku.
”Tidak boleh berkata jorok dan melakukan hal tidak sopan lainnya agar tidak celaka. Bagi yang kamping di atas bukit, dilarang membakar terasi dan ikan seluang,” katanya.
Sementara itu, meskipun banyak pengunjung yang berminat untuk naik ke Bukit Lubang Kilat, selama libur dan tahun baru kemarin dan selama pandemi, tempat wisata itu masih ditutup. (mex/ign)