PANGKALAN BUN - Harga cabai rawit di Pangkalan Bun makin mencekik. Pantauan di Pasar Tradisional Indra Sari, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, cabai mencapai harga tertinggi sejak 10 tahun terakhir.
Harga meningkat tajam lebih dari 100 persen dari Rp80 ribu menjadi Rp200 ribu per kilogramnya. Harga tersebut terpantau pada perdagangan sore hari. Pasalnya saat pagi, masyarakat masih bisa membelinya dengan Rp160 ribu per kilogram dan pada pukul 16.00 WIB naik kembali di harga Rp200 ribu.
Menurut pedagang pasar, kenaikan harga cabai rawit terjadi akibat minimnya stok di pasaran. Pasokan dari Kalimantan Selatan dan Pulau Jawa terhenti, sementara dari petani lokal Pangkalan Bun masih belum bisa mencukupi kebutuhan pasar.
Meski cabai rawit naik tajam, harga cabai keriting dan cabai merah besar masih stagnan dikisaran Rp80 ribu per kilogram.
“Pasokan dari Kalimantan Selatan (Banjarmasin) kosong, karena saat ini hampir semua tanaman petani terendam banjir, begitu pula dari Pulau Jawa,” ungkap Rahmi, salah seorang pedagang di Pasar Indra Sari Pangkalan Bun, Minggu (17/1) sore.
Pedagang juga tidak bisa mencegah kenaikan harga karena dari distributor cabai sudah mematok harga tinggi. Mereka hanya bisa berharap harga dapat kembali normal.
Sementara itu dampak kenaikan harga cabai langsung dirasakan pelaku kuliner pedas seperti ayam geprek. Salah satu pedagang mengaku sangat kerepotan mengatur kecukupan sambal sebagai salah satu bahan utama kuliner dagangannya. “Ayam geprek kan identic dengan pedas, jadi kita langsung terasa akibat kenaikan harga cabai,” ungkap Adi salah satu pemilik kedai kuliner ayam geprek.
Ia tidak mungkin menurunkan kualitas rasa pedas dalam kuliner olahannya, begitu pula jika ingin menaikan harga, ia takut ditinggal pelanggan. “Kami pasrah dengan kondisi ini, mau bagaimana lagi wilayah pemasok saat ini sedang dilanda musibah, kita hanya berharap agar kondisi dapat kembali normal,” imbuhnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi UKM dan Pasar Kabupaten Kotawaringin Barat Muhammad Yadi mengaku bahwa dinas belum mengetahui kenaikan harga tersebut. Menurutnya harga cabai di wilayah Kalteng masih berkisar Rp70 ribu sampai Rp90 ribu per kilogram.
“Petugas kami aktif survei harga pada hari kerja, jadi dimaklumi hari ini tidak ada data yang masuk,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pada minggu lalu pasokan cabai dari Pulau Jawa masih sedikit, karena kondisi iklim, banyak yang gagal panen. Sedangkan pasokan dari Banjarmasin sudah terputus sejak tiga hari lalu akibat banjir yang melanda kawasan tersebut.
“Karena sebagian besar cabai di Pangkalan Bun, dipasok dari Pulau Jawa, sisanya dari Banjarmasin dan pasokan cabai lokal Pangkalan Bun belum bisa menutupi kebutuhan pasar,” lanjutnya.
Saat ini dinas hanya bisa memantau pasokan saja, apakah ada penimbunan atau penahan stok oleh pedagang, tapi kekosongan stok terjadi karena kondisi alam. “Kita minta bantuan dari Dinas TPHP untuk menggalakan swasembada cabai lokal Pangkalan Bun kedepannya,” pungkasnya. (tyo/sla)