Bencana banjir di Kalimantan Selatan memberi pelajaran berharga agar semua pihak mewaspadai potensi bencana di masa depan. Termasuk upaya antisipasi dengan menggelar simulasi penanganan kebencanaan.
KOKO SULISTYO, Pangkalan Bun
Hujan deras disertai angin kencang membuat sungai meluap, merendam permukiman penduduk di berbagai wilayah di Kabupaten Kotawaringin Barat. Hal itu memaksa warga mengungsi ke sejumlah titik dataran tinggi.
Kabar musibah banjir tersebut sampai ke telinga pemerintah pusat dan menurunkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengirimkan bantuan logistik yang diangkut melalui pesawat TNI Angkatan Udara yang take off dari Halim Perdana Kusuma Jakarta. Pesawat landing di Bandara Iskandar, Pangkalan Bun.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama unsur terkait TNI, Polri, Dinas Sosial, dan Satpol PP segera melakukan koordinasi dan menuju Bandara Iskandar mengambil bantuan logistik. TNI AU kemudian menyerahkan bantuan tersebut untuk kemudian diangkut dan didistribusikan ke sejumlah titik banjir.
Mengingat kondisi korban banjir kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok, logistik harus segera didistribusikan, baik melalui akses darat maupun air.
Di tengah upaya distribusi itu, tim gabungan tiba-tiba mendapat informasi dari relawan bahwa ada satu keluarga yang terdiri dari lima orang, termasuk orang tua dan salah satunya sedang hamil tua serta seorang anak kecil, terjebak banjir dan belum bisa dievakuasi.
Menyikapi kabar tersebut, tim gabungan langsung mengerahkan tiga perahu karet untuk segera meluncur ke lokasi dan mengevakuasi warga. Sulitnya medan yang harus ditempuh, membuat tim gabungan harus ekstra waspada.
Dari balik tebing yang curam, satu per satu warga yang terjebak berhasil dievakuasi. Kemudian dibawa ke posko untuk dilakukan pengecekan kesehatan dan dibawa ke RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Tim gabungan, termasuk Basarnas, kembali melakukan penyisiran di lokasi banjir untuk memastikan kondisi warga dalam keadaan selamat. Namun, tidak berselang lama, mereka mendapat kabar ada dua korban banjir yang tenggelam. Menurut pelapor, dua anggota keluarga mereka tenggelam lantaran terpeleset.
Tim kembali melakukan koordinasi dan melakukan pengecekan ke lokasi tenggelamnya dua warga tersebut. Pengecekan dilakukan untuk mengetahui titik korban pertama kali jatuh dan tenggelam. Setelah titik diperoleh, proses pencarian dilakukan.
Empat penyelam lengkap dengan tabung oksigen, rompi, sepatu katak, sabuk pemberat, dan sarung tangan dikerahkan. Turut dalam pencarian dari TNI, Polri, BPBD, dan Basarnas.
Proses pencarian memakan waktu beberapa lama, lantaran lokasi banjir cukup dalam, serta kondisi air sangat keruh, sehingga menghalangi pandangan dan arus air cukup deras.
Berkat pengalaman dan keterampilan penyelam dari TNI AL tersebut, dua korban tenggelam berhasil ditemukan. Sayangnya, dua orang tersebut sudah meninggal.
Jenazah selanjutnya diangkat ke perahu karet dan dimasukkan dalam kantong mayat.
Empat perahu karet tersebut segera meluncur ke posko. Jenazah kemudian dilarikan ke RSSI Pangkalan Bun menggunakan ambulans yang telah disiapkan.
Aksi penyelamatan yang dilakukan tim gabungan dengan skenario bencana banjir tersebut merupakan bagian dari simulasi penanganan bencana banjir di Kobar yang dilaksanakan di Desa Batu Belaman, Kecamatan Kumai, Rabu (27/1) lalu.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Bupati Kobar Hj Nurhidayah, Kapolres Kobar, Dandim 1014/PBN, Danlanud Iskandar, Kepala KSOP Kumai dan unsur FKPD.
Nurhidayah mengatakan, simulasi tersebut merupakan langkah antisipasi persiapan tim gabungan dalam menghadapi kebencanaan. ”Musibah banjir yang menimpa saudara kita di Kalsel kiranya dapat menjadi pelajaran berharga untuk kita. Kami bersama seluruh stakeholder melakukan kegiatan simulasi," ujarnya.
Melalui simulasi tersebut, diharapkan semua elemen sudah siap apabila sewaktu-waktu terjadi bencana. Kobar merupakan salah satu kabupaten di Kalteng dengan kerawanan banjir cukup tinggi, sehingga persiapan personel, sarana, dan prasarana lainnya harus dilakukan sedini mungkin.
Danlanud Iskandar Pangkalan Bun Letkol Nav Rudi Kurniawan mengatakan, sinergi dalam pelaksanaan kegiatan berawal dari komunikasi yang baik. Sinergitas tersebut dijalin dengan melakukan kegiatan penanggulangan kebencanaan secara bersama.
Dengan begitu, tujuan kegiatan simulasi dapat tercapai. Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan personel maupun sapras dalam menghadapi bencana.
”Jadi, semua personel dengan simulasi ini sewaktu-waktu terjadi bencana sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Selain itu, bertujuan pengecekan terhadap kesiapan personel dan sapras. Jangan sampai ketika akan digunakan menghadapi kendala," tandasnya. (sla/ign)