PANGKALAN BUN – Ratusan warga korban banjir di Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Hal itu terjadi karena sumur yang menjadi sumber air bersih warga terendam banjir. Satu-satunya harapan warga adalah suplai air bersih dari Satgas Pemerintah Kecamatan Aruta, TNI, dan Polri.
Satgas banjir juga sudah mengirimkan surat resmi kepada sejumlah perusahaan besar swasta untuk meminta bantuan. Sejumlah bantuan yang mengalir mulai dikumpulkan di posko kecamatan, sembari menunggu dari perusahaan lainnya yang belum bergerak.
Selain melakukan upaya antisipasi terhadap kekurangan air bersih, pemerintah kecamatan juga mengantisipasi ancaman masalah kesehatan masyarakat. Tim kesehatan puskesmas diturunkan untuk memberi layanan darurat bagi warga terdampak banjir.
”Kami masih membutuhkan air bersih dan bahan pokok untuk warga terdampak. Sementara ini dari kecamatan, unsur TNI dan Polri yang mendroping bantuan air bersih dan kami juga telah melakukan pemeriksaan kesehatan masyarakat bersama Puskesmas Sambi,” kata Camat Arut Utara Amir Mahmud, Selasa (24/8).
Kendati saat ini tidak ada hujan, ketinggian air secara bertahap terus meningkat. Pasalnya, hulu Sungai Arut mendapat kiriman air dari arah Rantau Pulut, Kabupaten Seruyan dan sekitarnya.
Mahmud menuturkan, ketinggian air bervariasi antara 50 sentimeter hingga 150 sentimeter yang merendam rumah 40 kepala keluarga. Terdiri dari 140 jiwa dari RT 3 dan RT 4 Desa Sambi.
Selain Desa Sambi, banjir terus meluas hingga beberapa desa dan merendam rumah warga, seperti di Desa Sungai Dau ada 14 KK terdiri dari 40 jiwa, Desa Pandau dengan jumlah KK terdampak sebanyak 20 KK terdiri dari 50 jiwa, Desa Panahan 20 KK terdiri dari 40 jiwa, Desa Rian 20 KK terdiri dari 40 jiwa, Desa Gandis sebanyak 30 KK terdampak, Desa Penyombaan sebanyak 40 KK, dan Desa Kerabu sebanyak 40 KK.
”Fasilitas yang terendam air di beberapa desa tersebut dari jalan utama desa, masjid, sekolah, rumah dinas, rumah guru, musala, dan Poskesdes,” katanya.
Banjir Kotim Meluas
Sementara itu, empat kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dilaporkan terendam banjir. Kecamatan tersebut, di antaranya Antang Kalang, Telaga Antang, Bukit Santuai, dan Mentaya Hulu.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim M Yusup melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik Yephi Hartadi mengatakan, hujan deras yang melanda Kotim hampir sepekan terakhir, membuat debit air Sungai Kuayan meningkat.
”Di beberapa wilayah bahkan masih turun hujan," ujarnya.
Akibat banjir tersebut, informasi sementara, sebanyak 332 kepala keluarga (KK) di Kecamatan Bukit Santuai dan 420 KK di Kecamatan Antang Kalang turut terdampak.
Yephi menuturkan, pendataan korban banjir sangat diperlukan untuk penyaluran bantuan. Dengan data tersebut, nantinya diharapkan tidak ada warga yang tidak terdata sebagai penerima bantuan.
”Jika datanya sudah lengkap, penyaluran bisa cepat dilakukan," ucapnya. Akan tetapi, lanjutnya, jika data yang dilaporkan bertahap, penyaluran pada warga yang terdampak banjir pun memerlukan waktu.
Sementara itu, debit air dari wilayah dataran tinggi sudah mulai turun ke wilayah Kecamatan Mentaya Hulu. Sebagai langkah penanganan, BPBD menurunkan tim ke Kuala Kuayan.
”Tim yang diturunkan akan lebih dulu memetakan situasi dan kondisi di sana, berkoordinasi dengan Koramil yang mengetahui wilayahnya," jelasnya.
Perjalanan tim akan dilanjutkan ke kecamatan lainnya, dengan melihat kondisi di lapangan, apakah bisa dilintasi kendaraan roda empat atau hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. ”Biasanya ada beberapa wilayah yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Makanya kami melihat jalurnya dulu," katanya.
Ketinggian banjir di empat kecamatan tersebut bervariasi. Di Antang Kalang, banjir berkisar antara 60 cm dari permukaan tanah. Di Bukit Santuai, ketinggian banjir mencapai satu meter hingga merendam fasilitas publik, seperti masjid, Puskesmas Tumbang Penyahuan, dan Kantor Kepala Desa Tanah Haluan.
Plt Kepala Puskesmas Tumbang Penyahuan Roly Pahrizanuari mengatakan, banjir yang merendam wilayah tersebut lebih tinggi dibandingkan banjir sebelumnya. ”Setiap tahun puskesmas memang terendam banjir, tapi belum pernah setinggi ini," ujarnya.
Puskesmas terendam sejak 23 Agustus lalu. Dengan kondisi tersebut, pihaknya berusaha mengamankan peralatan medis serta obat-obatan dan fasilitas lain di puskesmas. ”Peralatan medis dan obat-obatan masih aman. Hanya kursi, bed, dan beberapa berkas yang sempat terendam,” katanya.
Pihaknya telah membangun posko pelayanan darurat agar masyarakat tetap bisa mendapatkan pelayanan kesehatan meski di tengah kondisi banjir. ”Sejauh ini belum ada keluhan penyakit berat yang dirasakan warga terdampak banjir. Rata-rata gatal-gatal yang mereka keluhkan,” tandasnya. (tyo/sla/yn/ign)