Secara umum kemiskinan di Provinsi Kalimantan Tengah, dalam periode Maret 2021 sampai September 2021, menunjukkan tren penurunan. Baik dari sisi jumlah maupun persentase,yakni 0,10 persen. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin total sebesar 5,16 persen. Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah Eko Marsoro, Senin (17/1) dalam rilis resmi BPS tentang profil kemiskinan di Kalteng. “Jumlah penduduk miskin di provinsi Kalimantan Tengah menurun dari 147,70 ribu orang di Maret 2021, menjadi 141,03 ribu orang pada September 2021. Dengan penurunan persentase kemiskinan dari 5,94 persen menjadi 5,16 persen,” ujarnya.
Eko menguraikan, persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2021 sebesar 4,86 persen,naik menjadi 5,08 persen pada September 2021. Sementara untuk persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2021 sebesar 5,38 persen,turun menjadi 5,23 persen pada September 2021.
Lalu lanjutnya, dibanding Maret 2021, jumlah penduduk miskin September 2021 perkotaan naik sebanyak 3,40 ribu orang (dari 54,46 ribu orang pada Maret 2021 menjadi 57,86 ribu orang pada September 2021). Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan turun sebanyak 2,41 ribu orang (dari 85,58 ribu orang pada Maret 2021 menjadi 83,17 ribu orang pada September 2021). “Persentase penduduk miskin di perkotaan naik 5,08 persen. Sedangkan di pedesaan malah turun menjadi 5,23 persen. Berdasarkan klasifikasi daerah tempat tinggal, periode bulan September 2020 sampai bulan September 2021, jumlah penduduk miskin di perkotaan bertambah,” ujar Eko.
Dilanjutkannya, untuk data garis kemiskinan tercatat sebesar 522.879 per kapita per bulan.Sedangkan rata-rata rumah tangga miskin di Kalteng memiliki 4,87 orang anggota rumah tangga. Artinya pendapatan rata-rata sebesar Rp 2.546,421 perbulan. “Masih ada penduduk miskin di Kalteng. Nah penurunan kemiskinan di pedesaan dan kenaikan kemiskinan di perkotaan menunjukkan pemulihan ekonomi berjalan lebih baik di wilayah pedesaan,” ungkapnya.
Menurut Eko, beberapa komoditi juga memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan (GK), baik di perkotaan maupun di pedesaan, yang pada umumnya hampir sama. Seperti contohnya rokok kretek filter, dan beras masih memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 20,12 persen dan 18,59 persen di perkotaan. Sumbangan lain di pedesaan, seperti beras dan rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, kue basah hingga bawang merah.”
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan pedesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi dan perawatan kulit, muka, kuku dan rambut,” urainya. Dia menyebutkan, untuk persentase penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 17,97 persen. Sementara itu, persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 5,93 persen.
“Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa (14,02 juta orang), sedangkan jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan (975,41 ribu orang),” tandas Eko.
Ditambahkannya, garis Kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non-makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selain itu, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode Maret 2021–September 2021 antara lain adalah pandemi Covid-19 yang berkelanjutan, berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk.(daq/gus)