SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Rabu, 14 September 2022 10:36
Membongkar Praktik Perdagangan Manusia di Kotim, Rayuan Palsu Bisnis Kenikmatan

Usia mereka masih belia. Jerat ekonomi membawa para perempuan itu pada jurang bisnis haram. Rayuan pekerjaan dengan hasil menjanjikan, berakhir dalam pelukan nafsu pria hidung belang.

 

LIPUTAN KHUSUS

Gawai wartawan Radar Sampit bergetar-getar Kamis (21/9) sore itu. Sebuah nomor asing tertera di layar. Di ujung telepon, suara perempuan muda terdengar jelas. Dia memperkenalkan diri sebagai Salimar (bukan nama sebenarnya). Usianya 22 tahun.

Usai perkenalan singkat, Salimar yang mengaku berasal dari Bandung, Provinsi Jawa Barat membuat pengakuan mengagetkan. Dia menjadi korban perdagangan orang.

Salimar mengaku memendam masalahnya sendirian. Orang tua dan keluarganya yang lain belum mengetahui nasib malang yang menimpanya.

Dia lalu menceritakan kisahnya masuk ke jurang bisnis haram. Kejadian itu bermula pada November 2021 silam. Salimar yang tak dapat melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi, memutuskan mencari pekerjaan melalui Facebook.

Setelah mencari informasi sana-sini, dia akhirnya berkenalan dengan seseorang yang memakai nama Andriansyah di Facebook. Dia lalu ditawari pekerjaan di sebuah bisnis karoke. Namun, lokasinya jauh dari tanah kelahirannya.

Salimar kemudian diperkenalkan pada orang yang membawanya ke Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Dari Bandung, Salimar diantar oleh seseorang yang mengaku bernama Winda ke Bandara Soekarno-Hatta pada 25 November 2021.

Awalnya Salimar sempat khawatir lokasinya bekerja bukanlah karoke biasa. Namun, dia lalu membuang jauh pikiran negatif itu dan bertekad terus melangkah menuju lokasi pekerjaan. Harapannya, dia bisa menghasilkan uang.

Setibanya di Bandara Haji Asan Sampit, Salimar dijemput seseorang menuju lokasinya bekerja di Jalan Jenderal Sudirman Km 12, Kelurahan Pasir Putih. Kawasan itu dulunya merupakan lokalisasi populer di Sampit.

Pemkab Kotim resmi menutupnya pada Desember 2017 silam. Bukannya berubah, geliat bisnis kenikmatan di kawasan itu ternyata masih dilakukan. Diam-diam. Kucing-kucingan dengan aparat berwenang.

”Saya tahu saya dipekerjakan di tempat karoke, tapi saya tidak tahu di mana lokasinya. Saat sampai di lokasi, baru tahu itu di Km 12 Pasir Putih,” ungkap Salimar.

Salimar lalu diperkenalkan dengan muncikari yang mereka sebut Mami. Sebelumnya dia mengaku sudah pernah berkomunikasi melalui telepon dengan sang mami. Dari pembicaraan di telepom itu, sikap sang mami dinilainya sangat baik. Namun, penilaian itu langsung berubah total ketika dia bertemu secara langsung.

”Saat di telepon, saya dijanjikan macam-macam. Bakalan hidup enak, gaji gede. Kalau mau joget dan minum ditambah sawerannya Rp 500 ribu – Rp 8 juta dan meyakinkan saya kalau tugasnya hanya menemani tamu, bukan berhubungan intim. Saya memang ada pikiran negatif, tapi saya sudah terperangkap dan tak bisa berontak. Apa yang terjadi pada saya sangat memukul pikiran dan batin saya,” ujarnya.

Belum sepenuhnya melepas penat setelah perjalanan jauh, pintu kamar Salimar yang lokasinya berada di jalur 1, digedor-gedor sang mami. Dia dipaksa berpenampilan menarik dan seksi untuk menarik berahi lelaki dan melayaninya sampai puas.

”Saya dipaksa harus melayani tamu. Padahal itu saya baru sampai. Bahkan, sakit saja pintu kamar digedor-gedor dan diteriakin. Istirahat tidak menentu. Tak pernah bisa tenang. Saya tak bisa berontak selain menurut apa kata bos. Saya punya bos cewek yang saya kira baik, ternyata mulutnya sangat kejam,” ujarnya.

Meski demikian, kata Salimar, dia tak pernah mendapat kekerasan fisik dari sang Mami. Namun, ketika sakit, tak ada satu pun yang mau mengurusnya. Bagi bosnya, yang terpenting dirinya bisa mencari uang dengan memberikan tubuh untuk menjadi pemuas nafsu pria hidung belang.

Salimar mengaku merasakan lingkungan pekerjaan yang tak sehat dan kejam tanpa rasa kemanusiaan di tempatnya bekerja. Menurutnya, ada tujuh orang yang sudah berhasil kabur dari jeratan sang Mami. Dia merupakan salah satu di antaranya yang akhirnya berhasil meloloskan diri.

Dari pengamatannya selama terjebak menjadi pekerjaan seks komersial (PSK) di Pal 12, ada banyak perempuan yang didatangkan dari Jawa. Kebanyakan perempuan yang masih remaja.

Bahkan, ungkapnya, ada pula anak-anak di bawah umur yang terjebak rayuan manis muncikarinya. Dari penglihatannya, ada lima orang perempuan yang masih di bawah umur.

”Mungkin tak hanya lima, karena yang saya lihat itu hanya sekitar jalur satu. Belum termasuk jalur-jalur yang lain. Mungkin masih banyak lagi anak di bawah umur yang diperjualbelikan. Saya pernah nanya ke anak di bawah umur itu, kenapa bisa sampai sini, kan belum punya KTP. Ternyata Winda-lah yang mengurus pemalsuan KTP, sehingga mereka semua bisa lolos dan sampai kemari,” ujarnya.

Dari pengamatannya, ada lebih dari 20 pintu karaoke yang tersedia di lokalisasi Km 12. Para wanita penghibur diberi fasilitas ruangan dilengkapi tempat tidur empuk, lemari kayu kecil, dan kipas.

Setiap bangunan berkonstruksi beton sederhana. Fasilitas itu didapatkan tidak gratis. Setiap PSK wajib menebusnya.

”Semua fasilitas yang ada dikamar itu dijadikan utang. Semua itu harus dibayar. Muncikari itu menyebut utang saya sampai Rp 13 juta. Saya kaget. Dari mana saya punya utang sebanyak itu? Ternyata, kasur, kipas, lemari, biaya perjalanan, biaya makan per bulan Rp 700 ribu, semua itu dihitung sebagai utang,” katanya.

”Saya baru bayar Rp 5 juta dan belum saya lunasi. Ada juga yang punya utang sampai Rp 15 juta ke atas. Saya juga heran, bagaimana cara perhitungannya. Hutang berlipat ganda begitu,” tambahnya.

Salimar menuturkan, perjalanan pahit dan terburuk yang tak pernah dapat ia lupakan sepanjang hidupnya adalah terjebak menjadi PSK di daerah asing. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Salimar terpaksa harus melayani pria hidung belang dari berbagai usia kisaran 38-60 tahun.

Salimar mengaku bukanlah perempuan yang senang bersolek. Dia tak pernah mau berpakaian seksi. Dirinya bekerja tanpa polesan dan hanya memakai pakaian yang tak mengundang berahi lelaki. Gara-gara perilakunya itu, namanya tak eksis dan tak laris. Dia hanya melayani tamu minimal seminggu satu kali.

”Saya ini bukan perempuan yang laris, karena saya tak pernah mau dandan. Tak mau pakai baju seksi, tak bisa merayu. Jadi, setiap minggu saya hanya menerima tamu sekali. Itu pun kebanyakan saya tolak,” ujarnya.

Jam operasional lokasi itu dibuka mulai pukul 19.00 WIB - 02.00 WIB. Sistem kerja ditentukan berdasarkan durasi waktu. Untuk satu jam memuaskan nafsu pria hidung belang, dia dibayar Rp 400 ribu. Sebesar Rp 50 ribu disetorkan untuk jatah muncikarinya. Apabila bermalam, dikenakan tarif Rp 800 ribu.

Salimar mengaku kerap merasa risih dan sering menangis apalagi menghadapi pria uzur dengan bau badan tak sedap dan tidak bersih. ”Saya hanya bisa menangis dan ingin segera menyudahi. Saya ingin segera kabur, tetapi sulit saat itu. Walaupun tidak ada pos pengamanan dan tidak ada satpam, orang suruhan muncikari selalu mengawasi pergerakan kami,” ujarnya.

Salimar mengaku pernah membaca berita di Radar Sampit, bahwa lokalisasi di tempatnya berada pernah digerebek Satpol PP. Namun, tak ada satu pun yang dapat ditangkap.

”Lokalisasi di berita dikatakan sudah ditutup. Satpol PP datang tidak ada satu pun yang ditangkap. Saya ini orang yang berada di dalam saat itu. Apanya yang tutup. Tempat ini masih dibuka,” tegasnya.

Tekad Salimar untuk melarikan diri dari bisnis haram itu semakin kuat. Salimar menyusun strategi. Pada 5 Maret 2022, dia berpura-pura ingin mencari makan.

”Kami boleh mencari makan di luar kalau tak selera. Di lokalisasi sudah ada tukang masaknya. Makannya tahu tempe. Jarang makan enak. Saya berpura-pura cari makan di luar. Sambil waswas melihat sekeliling kalau ada yang mengawasi,” ujarnya.

Sebelum kabur, Salimar sudah memesan travel menuju Kota Pangkalan Bun. ”Sebelum saya berjalan kaki, saya sudah pesan travel tujuan Pangkalan Bun. Saya berjalan kaki menuju gapura dan langsung cepat-cepat masuk mobil. Keesokan harinya, tanggal 6 Maret, saya melanjutkan perjalanan menggunakan kapal dari Pelabuhan Kumai menuju Surabaya,” ujarnya mengakhiri kisahnya.

Salimar mengaku menceritakan hal tersebut agar praktik itu bisa diakhiri. Pasalnya, masih ada rekan-rekannya yang bernasib serupa dan belum bisa kabur dari lokasi tersebut.

Radar Sampit menelusuri langsung pengakuan Salimar dan jejak rekannya yang masih terjebak di lokalisasi itu. Hasilnya tak sia-sia. Selain memastikan eks lokalisasi itu masih beroperasi, Radar Sampit menemukan sejumlah rekan Salimar yang masih terjebak. Kisah lengkapnya bisa dibaca pada edisi berikutnya.

Catatan Radar Sampit, kabar kembali beroperasinya lokalisasi Pal 12 pernah dicek langsung aparatur pemerintahan setempat yang melakukan inspeksi mendadak pada 11 Januari 2022 lalu. Namun, saat itu tak menemukan tanda-tanda aktivitas mencurigakan terkait prostitusi gelap itu.

Lurah Pasir Putih Rudi Setiawan mengatakan, sidak tersebut merupakan respons cepat terkait pemberitaan yang berkaitan dengan wilayah mereka. Didampingi sejumlah pejabat kelurahan dan Ketua RT setempat, mereka menyusuri satu per satu rumah warga sampai ke bagian kamar untuk memastikan kebenaran informasi itu.

Meskipun tak menemukan praktik prostitusi terselubung, Rudi menegaskan, pihaknya akan tetap memantau dan menindaklanjuti jika ada masalah yang terjadi di wilayah tersebut. ”Akan terus kami pantau, apalagi terhadap hal yang bisa menyebabkan lingkungan kurang kondusif,” ujarnya.

Rudi juga tak memungkiri apabila kemungkinan masih adanya praktik prostitusi terselubung yang melibatkan satu atau dua warga, tetapi hal tersebut belum terbukti. Pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada seluruh warga di kawasan tersebut agar tidak lagi melakukan bisnis haram tersebut. Masyarakat telah diminta mematuhi aturan. Apalagi lokalisasi tersebut sudah ditutup, sehingga diharapkan tidak ada aktivitas terlarang.

Terpisah, Wawan, warga setempat mengatakan, isu kembali beroperasinya lokalisasi di wilayah itu bukan hal baru baginya. Meskipun telah resmi ditutup, lokasi tersebut masih dipandang buruk oleh masyarakat. Padahal, dia memastikan warga setempat sudah berubah.

 

”Kondisi kami sudah berubah. Citra kami sudah jelek. Kalau ada tamu atau perempuan yang masuk ke sini pasti dipandang buruk," ucapnya.

Sejak lokalisasi itu ditutup 2017 lalu, Wawan bersama sejumlah warga memang masih memilih tetap tinggal di wilayah tersebut. Mereka berusaha beradaptasi dan mencari sumber mata pencaharian lain. Warga setempat sudah banyak yang beralih profesi menjadi petani. Hasilnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (tim/bersambung)

loading...

BACA JUGA

Selasa, 26 November 2024 10:38

Halikinnor Kembali Bertugas sebagai Bupati Kotim

SAMPIT -  Halikinnor,  kembali  menjalankan  tugasnya  sebagai   Bupati…

Senin, 25 November 2024 10:34

Pemkab Kotim Siapkan Lahan

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berencana membangun gudang…

Jumat, 22 November 2024 10:42

Harapan Baru Tingkatkan Kualitas Beras Lokal

SAMPIT – Pembangunan Rice Milling Plant (RMP) di Desa Lampuyang,…

Kamis, 21 November 2024 10:45

Kotim Raih Penghargaan dari Kementerian Pekerjaan Umum

SAMPIT -  Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim)  mendapatkan  nominasi  Program …

Rabu, 20 November 2024 10:37

Kotim Tingkatkan Kualitas SDM Pariwisata Lewat Pelatihan Sadar Wisata

SAMPIT -  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) …

Selasa, 19 November 2024 10:49

Ratusan Peserta Tes CPNS Tidak Hadir

SAMPIT -  Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil…

Selasa, 12 November 2024 10:34

Guru Penggerak Dibekali Keterampilan Kepemimpinan

SAMPIT -  Balai  Guru  Penggerak  Provinsi  Kalimantan  Tengah  (Kalteng) …

Jumat, 08 November 2024 10:44

Tutupi Kekosongan Jabatan, Penuhi Kebutuhan Pegawai

SAMPIT – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kotawaringin Timur (Kotim)…

Rabu, 06 November 2024 09:58

Kotim Raih Bhumandala Award 2024

 SAMPIT -  Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim)  menorehkan prestasi gemilang di…

Selasa, 05 November 2024 10:34

Dana BLUD Rumah Sakit untuk Fasilitas, Gaji ASN Tetap Ditanggung Daerah

SAMPIT - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim)  menyatakan bahwa dana…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers