PANGKALAN BUN - Penurunan intensitas hujan bakal terasa di bulan Juni ini. Kebakaran lahan dan hutan pun kembali mengancam. Seperti yang terjadi di Kecamatan Arut Utara beberapa waktu lalu, api sudah mulai muncul.
”Begitu dapat informasi masyarakat dan juga dari BMKG untuk memastikan titik koordinat lokasi, kita langsung bergerak. Kalau ada unsur kesengajaan maka bisa langsung diproses,” ujar Kapolsek Arut Utara Iptu Mujio. Tim penanganan kebakaran terdiri dari kepolisian, TNI, BPBD, dan para relawan.
Pihaknya berharap masyarakat di Kobar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Selain adanya laporan langsung dari relawan atau masyarakat, pantauan satelit juga bisa menjadi salah cara untuk mengtehui lokasi kebakaran.
”Terkadang lokasinya tidak terpantau secara langsung dengan mata kita, tapi jangan salah kita sudah kerjasama dengan BMKG dan ada mata kita di atas sana yang bsia memantau titik api. Jadi diimbau agar masyarakat tidak lagi melakukan pembakaran lahan,” tegasnya.
Berdasarkan rata-rata penghitungan 35 tahunan di wilayah Pangkalan Bun dan sekitarnya penurunan rata-rata curah hujan akan sangat signifikan terjadi pada Mei, Juni, dan Agustus.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi (Stamet) Iskandar Pangkalan Bun Yolanda Destyagani mengungkapkan, rata-rata curah hujan di Pangkalan Bun dan sekitarnya di bulan Juni hingga Agustus cenderung mengalami penurunan.
”Dari grafik rata-rata curah hujan selama 35 tahun, puncaknya terjadi di April dengan rata-rata curah hujan mencapai 319,9 milimeter, dan terus menurun di bulan Mei sekitar 225,7 milimeter, Juni 173,5 milimeter, Juli 154,7 dan Agustus makin menurun ke angka 109,4 milimeter,” ujarnya, Selasa (31/5) siang.
Ancaman kebakaran lahan dan hutan baik yang disengaja atau tidak akan sangat mungkin terjadi. (sla/yit)