Prof. Birute Galdikas tidak hanya mencintai alam Indonesia. Warga Kanada yang meneliti orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting sejak tahun 1970-an ini mencintai adat budaya lokal. Prosesi pernikahan anaknya pun digelar secara adat Dayak.
==============
Prof. Birute Galdikas dan suaminya, Bohap, punya gawe. Mereka menikahnya putranya, Federick, dengan Darlene Rabena (27), perempuan asal Filipina. Meski bukan berasal dari suku Dayak, pernikahan digelar secara cara adat Dayak Tomun Kaharingan di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Sabtu (23/7).
Ribuan warga dan 54 tamu dari keluarga mempelai hadir dalam acara pernikahan yang dimulai pukul 10.00 WIB. Acara diawali dengan prosesi adat potong pantan Dayak Kaharingan, dilanjutkan hiburan dari Sanggar Sahaluan dengan menampilkan tari pedalaman, kemudian bedaun (memakan makanan khas Dayak lomang dan penganan).
Sekitar pukul 15.00 WIB, pengantin diarak dari kediaman menuju balai adat yakni Rumah Betang Pasir Panjang. Pengantin menglilingi bangunan tersebut sebanyak tiga kali sebelum memasukinya.
Birute Galdikas mengatakan, pernikahan secara adat Dayak sudah jarang dilaksanakan. "Kemungkinan banyak yang agama Hindu Kaharingan, tapi sudah banyak yang masuk ke agama lain. Tidak seperti di Bali yang agama Hindunya sangat kuat sekali," ujar ahli primatologi ini, Sabtu (23/7).
Menurut warga asing yang meneliti orangutan di Tanjung Puting sejak tahun 1970-an ini, adat daerah harus dipertahankan agar tidak hilang. "Tidak hanya di Kobar, tapi dimana saja. Seperti di Jawa, wayang kulit dan wayang orang sekarang sudah kurang," kata aktivis pelestarian alam dan penulis buku tentang orangutan ini.
Sementara itu, Kepala Desa Pasir Panjang Tamel mengatakan, acara pernikahan adat Dayak Kaharingan ini bisa langsung dinikmati turis mancanegara. Hajatan ini juga menyatukan beberapa tradisi pedalaman dan Dayak Pasir Panjang, mulai dari seni bela diri dan menari yang dipadukan Dayak Tomun. Juga ada acara bedaun yang merupakan istilah dari hidangan tradisional yang dikerjakan berhari-hari kemudian dihidangkan untuk disantap bersama.
"Yang terakhir acara inti yaitu arakan, untuk memberitahukan kepada orang banyak bahwa ada yang menikah," terangnya.
Acara akan ditutup pada malam harinya dengan acara ikat tongan, mengikat dengan gelang sebagai penerimaan mempelai sebagai keluarga, kemudian berlanjut dengan pesta adat Dayak dengan menghidangkan berbagai makanan khas dan minuman tuak. (jok/yit)