SAMPIT –Demi mencegahpenularan penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome atau HIV/AIDS di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN), Pemkab Kotim gencar menggelar sosialisasi penanggulangan penyakit tersebut. Kegiatan tersebut seperti digelar di aula lantai 2 Setda Kotim, Rabu (12/10) kemarin.
”Penyakit HIV/AIDS ini tidak mengenal golongan. Tetapi, seharusnya para ASN dapat terhindar karena ASN, termasuk mereka yang tergabung dalam Korpri, adalah orang-orang yang intelektual dan bernorma,” papar Sekretaris Daerah (Sekda) Kotim Putu Sudarsana saat membuka kegiatan.
Dipaparkannya, perkembangan HIV/AIDS di Kotim ini termasuk grup C atau low epidemic. Berdasarkan data, di Kotim ini pada 2011 terdapat 10 penderita, 39 penderita pada 2012, 30 penderita pada 2013, 36 penderita di 2014, dan 47 penderita di 2015.
Kegiatan sosialisasi ini, disebutkan Putu nantinya akan diprogramkan ke seluruh ASN di Kotim. VBahkan nantinya di tahun 2017 akan dianggarkan agar total 6.328 ASN se-Kotim diberikan penyuluhan mengenai bahaya HIV/AIDS tersebut.
”Ada juga rencana tes urine dan darah. Ini sudah diinstruksikan oleh bupati agar semua ASN, termasuk yang menduduki jabatan-jabatan tertentu. Awalnya memang pegawai Setda dulu, baru kita anggarkan ke seluruh ASN di Kotim. Dengan ini, diharapkan agar pegawai ASN Setda tidak terlibat atau terkena penularan HIV,” imbuhnya.
Hal tersebut menurut Putu dirasa penting untuk dilakukan, sebab berdasarkan paparan sekretaris KPA Kalteng Wiliam Katopo, pada kegiatan tersebut, bahwa penyakit HIV/AIDS sudah ke kalangan ASN. Di Kalteng sendiri, sudah ada pegawai eselon II, III, IV, hingga staff sampai tukang sapu dan satpam yang terkena penyakit HIV/AIDS.
Sekretaris KPA Kotim Asyikin Arpan menambahkan, penyakit ini termasuk golongan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Sebab hingga saat ini, penyakit yang menyebabkan kekebalan imun penderitanya menurun tersebut tidak ada obatnya.
”Karena itulah, penyuluhan untuk semua pihak mengenai bahaya HIV/AIDS ini diperlukan. Apalagi penyakit ini baru bisa diketahui 5 sampai 10 tahun kemudian, itu pun kalau memeriksakan diri. Saya harap jangan sampai ada ASN yang terkena penyakit ini,” pungkasnya. (sei/gus)