KUALA PEMBUANG – Bupati Kabupaten Seruyan H Sudarsono mengatakan, seluruh kebun sawit milik masyarakat di Seruyan diharapkan memiliki sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Hal tersebut penting agar mendapatkan pengakuan dari negara dan internasional.
Menurut Sudarsono, beberapa tahun belakangan ini pemkab telah melakukan pendataan seluruh petani yang mempunyai kebun sawit di Seruyan hingga awal November 2016. Tercatat sudah lebih dari 2.569 petani yang berhasil didata dengan luas lahan mencapai 6.713 hektare. ”Kita melaksanakan pendataan, ini hingga Desember 2016 mendatang,” ujarnya.
Sudarsono ingin kebun sawit masyarakat Seruyan tidak kalah bersaing dengan kebun milik perusahaan. Apalagi pengelolaan perkebunan sawit petani tradisional di Seruyan tidak jauh berbeda dengan yang dikelola perusahaan perkebunan sawit. Selain itu, petani lokal juga mampu memproduksi tandan buah segar (TBS) sawit dengan kualitas sama seperti yang dihasilkan perusahaan.
Dengan sertifikat itu, lanjutnya, harga buah sawit masyarakat akan sama dengan perusahaan. Apalagi ke depan perusahaan wajib mengantongi sertifikat itu. Jika tidak, hasil minyak yang diproduksi tidak laku.
”Karena itu, mulai sekarang kita harus menyiapkan masalah ini agar kebun masyarakat lokal tidak dipermainkan harganya di pasaran. Kami yakin dan percaya dalam satu atau dua tahun ke depan sudah ada sebagian petani sawit lokal yang memiliki sertifikat ISPO maupun RSPO,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, Pemkab Seruyan menjajaki kemungkinan kerja sama penjualan minyak kelapa sawit dari petani lokal dengan importir crude palm oil (CPO) asal Tiongkok. Bahkan, belum lama ini, Sudarsono menyambut kunjungan delegasi pembeli minyak sawit dari Tiongkok ke Pembuang Hulu, Kecamatan Hanau.
”Kami berharap pembeli CPO asal Tiongkok dapat menjalin kerja sama dengan petani sawit lokal di Seruyan,” katanya.
Lebih lanjut dikatakan, delegasi importir CPO Tiongkok yang bertandang ke Seruyan berasal dari China National Cereal, Oils, & Foodstuffs Holding Limited (Cofco), Tianjin Julong Group, Sinograin Oil Corporations, Yinzheng Fangshun Oils & Grains Industry Co ltd, Wilmar Kerry Investment.
Lima perusahaan itu mengimpor dua juta ton CPO per tahun dan 70-80 persen CPO yang dipasok berasal dari Indonesia. Salah satu perusahaan, Julong Group merupakan importir CPO terbesar di Tiongkok yang juga sudah memiliki lahan sawit di Kalimantan Barat dan Sumatera. (hen/ign)