MUARA TEWEH – Satu hari pascakebakaran yang terjadi Rabu (22/2) di lokalisasi Merong yang terletak di Jalan Km 3,5 Nasional Muara Teweh-Puruk Cahu, yang mengakibatkan seorang meninggal dunia, dan menghanguskan 16 bangunan, yakni 10 wisma dan 6 bangunan rumah, tampak kembali aktif beroperasi.
Sudah terdengar suara lagu karaoke di wisma yang ada di lokalisasi yang sering disebut Lembah Durian tersebut. Para gadis penghibur atau pekerja seks komersi (PSK) juga sudah menemani para tamu yang datang, baik yang ingin bernyanyi karaoke maupun ngamar.
“Sudah aktif seperti semula, setelah habis kejadian kebakaran kemarin, sebagian PSK yang wisma tempatnya terbakar, di tampung di wisma-wisma lainnya yang masih kosong,” kata Novi, pemilik Wisma Sedap Malam di lokalisasi tersebut.
Menurutnya, hanya dengan aktif beroperasi para PSK mendapatkan uang, terkhusus bagi mereka yang menjadi korban kebakaran, yang uangnya ikut terbakar dalam peristiwa itu. Dia juga berharap, agar pemerintah tidak buru-buru menutup lokalisasi ini, kendati sudah ada deadline 2019.
Alasan meminta hal itu, karena masih ingin mencari modal, jadi agar pemerintah daerah bisa memberikan kelonggaran.
“Kalau ada (PSK, Red) yang pulang setelah kebakaran, saya tidak tahu. Tapi memang untuk saat ini, mereka kebanyakan masih tinggal di sini,” katanya.
Ia juga meminta agar pemerintah daerah tidak memindahkan mereka ke tempat lain, karena kalau di tempat yang baru harus memulai dari nol. “Pada prinsipnya, kami setuju dengan jadwal penutupan lokalisasi pada 2019. Tetapi dalam rentang waktu sebelum penutupan, tetap diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup disini,” ucapnya.
Sementara Berdasarakan data, jumlah penghuni di lokalisasi tersebut ada sebanyak 100 orang lebih. Para PSK yang menjadi korban dari kebakaran tersebut (tempat Wisma terbakar), sebagian ada yang diungsikan oleh bos mereka keluar dari lokalisasi, dan sebagaian lagi bertahan dan ditampung oleh wisma-wisma lainnya di komplek lokalisasi yang masih kosong, dan tidak terbakar dalam musibah kebakaran itu.
Salah seorang PSK yang tidak mau menyebutkan namanya mengaku, bahwa dalam musibah tersebut yang dipikirkan menyelamatkan diri. Karena wisma yang ditempati juga terbakar dalam kejadian itu. Pemilik wisma membawa mereka ke sebuah rumah yang berada di luar lokalisasi. Dia juga ada berencana berhenti menjadi PSK di Lokalisasi tersebut, dan pulang ke kampung halamannya di pulau Jawa. “Rencana saya mau pulang kampung,” katanya singkat.
Sementara Ketua RT 31, Kelurahan Melayu Jiin kepada Radar Sampit menceritakan kejadian, dimana api berawal dari Wisma Primadona yang pemiliknya adalah Bagong.
“Malam itu, saya keluar rumah mendengar suara pukulan tiang listrik dan melihat api di Wisma Primadona,” kata Jiin.
Api, kata dia, saat itu sangat cepat membesar, melahap bangunan-bangunan wisma lainnya yang terbuat dari kayu. Dalam peristiwa itu ada 10 wisma dan 6 rumah yang terbakar. Kebakaran juga mengakibatkan seorang PSK bernama Julia (21) meninggal dunia.
Sehubung dengan kebakaran ini, dirinya bersama wakil ketua RT dan salah seorang warga di lokalisasi ini, telah dipanggil dan diminta keterangan oleh pihak kepolisian. Selain itu, Polisi juga telah memasang garis polis nile di lokasi kejadian kebakaran. “Kasus kebakaran sekarang masih dalam penyelidikan kepolisian,” ucapnya.
Ditanya apakah ada bantuan yang sudah diterima oleh para korban, Jiin mengatakan, bahwa pasca kebakaran sudah ada bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah berupa makanan, perlengkapan untuk mandi dan lainnya. Selain itu sudah ada tenda penampungan sementara untuk menampung para korban, yang dipasang oleh Dinas Sosial dan PMD.
“Sudah ada bantuan dari Pemerintah daerah, namun para korban juga sangat berharap adanya bantuan berupa pakaian. Sebab dalam musibah ini banyak yang tidak sempat menyelamatkan harta bendanya, atau keluar rumah hanya membawa pakaian yang mereka kenakan saat itu,” ujar Ketua RT. (viv/vin)