PANGKALAN BUN – Banjir di Kecamatan Arut Utara yang membuat sejumlah desa dan kelurahan terendam air luapan dari Sungai Arut, tak membuat warga segera mengungsi. Mereka memilih tetap bertahan di rumah meski tempat pengungsian sudah disediakan di kantor kelurahan.
Pantauan Radar Pangkalan Bun di Kelurahan Pangkut, Kecamatan Arut Utara, banjir masih tinggi. Bahkan, di sejumlah titik ketinggian air mencapai sekitar dua meter dan membuat rumah penduduk terendam.
Warga setempat bertahan dengan membuat lantai baru di dalam rumah yang tak terjangkau air. Sudiah, warga Aruta mengaku tetap bertahan karena tak bisa meninggalkan barang berharga.
"Saya tetap memilih di rumah saja. Kami buat lantai sederhana di dalam rumah untuk kami tidur. Tapi, kalau hujan terus pasti kena (terendam air juga, Red)," kata Sudiah.
Meski demikian, banjir yang sudah satu minggu itu membuat masyarakat kesulitan mendapatkan makanan. Apalagi sejumlah toko tutup karena kebanjiran. "Kami berharap bantuan dari pemerintah. Kami sekarang memerlukan makanan dan pakaian, karena banyak yang terendam banjir. Bantuan ada, tapi sangat sedikit," tuturnya.
Menurutnya, banyak masyarakat tidak bisa beraktivitas. Hal itu dimanfaatkan sejumlah ibu rumah tangga untuk menjaring ikan di depan rumah. Ikan yang ditangkap itu bisa digunakan untuk lauk makan.
"Kami biasa cari ikan seluang. Pakai tudung saji untuk menjaring ikan. Ikan ini bisa untuk lauk kami, karena jarang ada tukang sayur," ujarnya.
Sementara itu, Camat Arut Utara Marwoto mengimbau masyarakat yang terdampak banjir agar meninggalkan rumah dan mengungsi ke tempat saudara atau di aula kelurahan. Aula itu dinilai mampu menampung masyarakat Kelurahan Pangkut.
"Kebanyakan masyarakat pada memilih bertahan di rumah. Tapi, kita tetap siapkan tempat pengungsian," ujar Marwoto.
Di Aruta, lanjutnya, banyak warga yang rumahnya terendam air. Dari lima desa dan satu kelurahan, sudah ratusan rumah yang terendam. "Saya harap, kalau ada bantuan bisa disalurkan. Pasalnya, masyarakat sekarang kesulitan mencari bahan makanan, karena di warung juga persediaan menipis akibat akses menuju desa yang terputus," tuturnya. (rin/ign)