SAMPIT - Anggota Komisi I DPRD Kotim, Abdul Khalik menilai warga pedalaman cukup rentan terhadap penyakit gizi buruk karena pola hidup kurang memenuhi standar kesehatan.
Beragam penyakit rentan muncul, khususnya pada anak. Karenanya, dia meminta Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Pemkab Kotim) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) harus serius dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, terutama di wilayah pedalaman.
“Kami harapkan pemerintah melalui dinas teknis agar rutin turun melakukan evaluasi tingkat kesehatan masyarakat. Ini penting, guna mendeteksi kasus gizi buruk di Kotim,” katanya.
Khalik menegaskan pekerjaan besar pemerintah bukan saja melihat keselamatan ibu dan anak ketika melahirkan, tetapi juga dilihat dari aspek kesanggupan masyarakat menyiapkan pangan bagi keluarga mereka.
Karena itu, dia mengharapkan Pemkab Kotim terus fokus pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Anak-anak sebagai generasi penerus Kabupaten Kotim perlu mendapat gizi yang baik guna pertumbuhan otak dan fisik mereka.
Dia juga mengusulkan agar program dan anggaran peningatan kesehatan masyarakat, terutama terkait pemenuhan gizi untuk mencegah kasus gizi buruk perlu dievaluasi. Sehingga bisa diketahui apakah program yang ada dengan anggaran yang tersedia memadai untuk penanggulangan kesehatan masyarakat.
Sementara itu, dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim, pada 2014 penderita gizi buruk berjumlah 12 orang. Sedangkan 2015 berjumlah 14 orang. Namun di 2016, jumlah penderita mengalami penurunan yakni hanya sekitar 10 orang.
Penderita yang mengalami gizi buruk banyak terdapat di daerah perusahaan. Ada enam orang yang terdata penderita gizi buruk di perkebunan kelapa sawit.
Menangani kasus gizi buruk memang tidak mudah. Diperlakukan waktu dan penanganan khusus. Apalagi gizi buruk merupakan kondisi Kekurangan Energi dan Protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. (ang/fm)