YOGYAKARTA - Tarian yang dibawakan oleh para penari asal Kabupaten Lamandau sukses memukau para penonton. Sekitar 1500 kursi yang tersedia di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta penuh oleh penonton.
Kabupaten Lamandau adalah penampil penutup dari Pagelaran Wayang Topeng 2017 yang digelar 3 dan 4 April tadi . Namun tarian Malap Merinu yang dibawakan selama 40 menit tersebut berhasil menyihir para penonton. Sebagian besar dari mereka mengaku penasaran dengan tarian dayak tomun dari pedalaman Kalimantan ini. Sehingga tidak heran banyak penonton yang sulit mengedipkan mata saat melihat pertunjukan tari yang begitu atraktif dengan alur cerita yang unik dan menarik.
Plt Kepala Dinas Pariwisata kabupaten Lamandau, Frans Effendi menjelaskan bahwa Malap Merinu dalam dalam adat Dayak tomun memiliki makna sebagai malam terakhir perkabungan yang secara harfiah diartikan sebagai malam perpisahan antara yang hidup dan yang mati . Malap merinu memiliki tujuan mengurus adatsimpati supaya memulai perjalanan menuju sebayan Tujuh saruga dalam (surga) supaya yang mati dikatakan golanya muting suhit , Mungar bahat dapat diartikan supaya arwah yang meninggal tidak gentayangan, supaya yang mati golanya mengacaci manggoraki bala bia (supaya yang meninggal tidak mendatangkan bencana atau penyakit.
”Tarian yang dibawakan dengan rangkaian cerita upacara adat warga dayak ini diharapkan bisa memuaskan dan menghibur para penonton, dan kami sangat berterimakasih dengan apresiasi pemerintah daerah Yogyakarta terhadap tari topeng atau Babukung asal Lamandau,” ungkap Frans.
Sementara itu, Kabid Promosi dan Pemasaran Pariwisata Kabupaten Lamandau, Yosep Baharu mengatakan bahwa penampilan Lamandau sudah sangat memuaskan.
”Walaupun latihan kita waktunya pendek, dan dengan segala keterbatasan kita, namun para penari dan tim pendukung lainnya telah menampilkan pertunjukan yang luar biasa. Semoga ini menjadi sebuah promosi yang efektif untuk memperkenalkan kebudayaan kita dan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lamandau, “ harapnya.
Terpisah, Made salah satu mahasiswa ISI Yogyakarta yang berasal dari Bali mengaku sengaja datang bersama teman-temannya untuk menyaksikan pertunjukan tari topeng asal Kalimantan. Karena selain unik dan menarik, menganduk mistik juga nilai seni yang tinggi.
”Ini masih orisinil. Sebuah kesempatan yang sangat langka bagi kami untuk bisa melihat pertunjukan yang begitu indah dari suku dayak Tomun. Apalagi saya dari Bali yang memang terlahir dengan lingkungan seni tari dan ukir, saya sampai tidak bisa berkedip karena tidak ingin melewatkan semua momen yang ditampilkan, “ ungkapnya.
Terpisah, Abib, mahasiswa asal yogyakarta ini juga mengaku langsung jatuh cinta dengan Babukung. Ia bahkan akan membuat penelitian budaya Babukung ini dengan datang langsung ke Kabupaten Lamandau saat Festival Babukung nanti. (mex/oes)