SAMPIT- Hadirnya pasar dan retail modern di Kota Sampit, dianggap mengancam eksistensi pasar tradisional, apabila pelaku usahanya tidak berbenah diri dan memperbaiki pelayanan kepada konsumen.
”Suka tidak suka memang pasar modern sudah masuk ke Kotim. Tidak mungkin dipungkiri, di satu sisi kita mesti berdayakan dan pertahankan pasar tradisional di Kota Sampit, karena di situ pusat ekonomi masyarakat kelas bawah sebenarnya,”ujar kata Abdul Kadir anggota DPRD Kotim yang membidangi perekonomian.
Dijelaskannya, keberadaan pasar tradisional dalam beberapa tahun terakhir mulai menghadapi ancaman dan dikhawatirkan pedagang akan gulung tikar karena bangkrut kehilangan pelanggan. Kemudian lanjutnya, pedagang pasar tradisional bisa saja bangkrut karena tidak mampu bersaing menghadapi menjamurnya pasar modern atau pusat perbelanjaan.
Abdul Kadir menilai, saat ini masyarakat tampaknya lebih memilih berbelanja di pasar-pasar modern, dengan berbagai pertimbangan, seperti kenyamanan, kebersihan, kualitas barang sampai alasan gensi.
”Tetapi saya berkeyakinan semuanya itu ada pangsa pasarnya. Pasar tradisional akan tetap hidup, meski demikian maka berbenah diri itu wajib dilakukan,”imbuhnya.
Apapun alasannya lanjut Kadir, keberadaan pasar tradisonal tidak mungkin ditiadakan. Sebab menurutnya, sebagian besar masyarakat masih berada dalam kondisi menengah ke bawah yang tidak memiliki daya beli di pasar-pasar modern. Maka itu dirinya mendorong upaya renovasi pasar tradisional harus menjadi salah satu program pemerintah daerah, salah satunya melalui kerja sama dengan investor.
”Kami berharap sampai kapan pun pasar tradisional ini tetap kita pertahankan dan berdayakan, karena saya melihat ekonomi masyarakat kelas bawah ini digerakan melalui keberadaan pasar tradisional,”pungkas Politikus Golkar Kotim ini. (ang/gus)