PANGKALAN BUN – Penipuan dengan modus pura-pura memesan makanan tampaknya menjadi trend di Pangkalan Bun. Ujung-ujungnya, penelpon minta pulsa.
Seperti diungkapkan Hardy, istrinya nyaris menjadi korban penipuan pemesan makanan yang meminta belasan porsi sate dagangannya untuk dikirim ke salah satu rumah sakit swasta. Sekitar pukul 14.00 WIB hari Rabu (10/5), penelpon yang mengaku bernama Dermawan menghubungi istri Hardy dan memesan 14 porsi sate ayam untuk diantar ke RS Swasta di kawasan Jalan Malijo.
”Minta dikirim pada malam hari jam 19.00 WIB dan minta diserahkan kepada Dokter Mukti, karena akan ada tamu. Setelah itu, selang beberapa menit telepon kembali dan minta dibelikan 11 air mineral dan tiga teh kotak. Total semua pesanananya seharga Rp 405 ribu,” ujarnya.
Sebelum mengerjakan pesanan itu, istri Hardy teringat dengan orderan yang sama pada hari sebelumnya, Selasa (9/5) sekitar pukul 19.00 WIB. Nomor telepon yang menghubunginya juga sama , namun bukan memakai nama Dermawan, melainkan mengaku bernama dokter Sigit.
”Hari Selasa itu kita tolak pemesananya karena kita sudah tutup, sudah malam pula,”katanya.
Penasaran, Hardy mencoba mengkonfirmasi ke pihak rumah sakit. Akhirnya terungkap bahwa yang bernama Dermawan, dokter Mukti, dan dokter Sigit tidak terdaftar sebagai pegawai di rumah sakit.
”Kita yakin itu penipuan, apalagi saat kita tanyakan kepada penipu itu dimana alamat rumah sakit yang diamaksud, terdengar sedikit bingung dan menyebutkan bahwa rumah sakit itu masuk wilayah Kelurahan Malijo yang jelas-jelas salah,” katanya.
Selepas pesan makanan dan minuman, penipu kembali telpon dan meminta diisikan pulsa untuk dua nomor ponsel yang diakuinya merupakan milik dokter Mukti dan tamunya dengan nominal 100 dan 150 ribu. Seakan yakin bahwa aksi tipu-tipunya bakal berhasil, pelaku dengan santainya meminta diisikan juga nomor HP miliknya.
”Nomornya yang mengaku Dermawan itu 082153423083, sedangkan dua nomor lain yang minta didisikan pulsa itu 08125561510 minta 100 ribu, dan 085389509585 minta 150 ribu,” katanya.
Sebelum kejadian itu, tiga pengusaha katering di Pangkalan Bun juga tertipu oleh sesorang yang mengaku anggota polisi dengan modus pesan makanan. Namun waktu itu pelaku menggunakan nomor HP 082154687460. Meski berbeda nomor, namun pola penipuan mereka sama, dengan diawali memesan sejumlah makanan kemudian diakhiri dengan permintaan isi pulsa.
Untuk diketahui bahwa modus penipuan semacam itu bukan hal baru. Di akhir tahun 2016 lalu, modus penipuan seperti itu juga terjadi di Karang Mulya, Kecamatan Pangkalan Banteng. Tak tanggung-tanggung, penipu mengaku sebagai Kapolsek Pangkalan Banteng.
Pelaku memesan sejumlah bahan bangunan dengan rincian 20 sak semen, atap multyroof, cat, paku, dan kebutuhan bangunan lainnya. Bahan bangunan itu akan digunakan untuk membangun garasi mobil. Total pesanan mencapai jutaan rupiah.
Korban yang enggan namanya disebutkan ini sama sekali tidak curiga. Apalagi pelaku juga seolah-olah sudah pernah berbelanja di toko bangunan itu.
"Orangnya bilang kapolsek. Dia sudah tahu nama toko saya, jelas saya ini tidak curiga. Setelah selesai memesan bahan bangunan itu, terakhir dia ngaku pulsanya habis. Minta dibelikan pulsa Rp 400 ribu. Sekalian dimasukkan nota tagihan bahan bangunan," katanya.
Korban yang saat itu belum sadar sedang ditipu langsung memerintahkan anak buahnya untuk menaikkan semua pesanan ke truk dan sekaligus membeli pulsa.
"Saya percaya saja karena langsung minta barang dikirim sekarang. Baru ketahuan saat di kantor polsek, saat petugas piket kebingungan ketika anak buah saya tiba-tiba datang dan menyerahkan barang beserta nota tagihan," ceritanya.
Rupanya tak hanya pemilik toko bangunan yang menjadi korban penipuan. Rekan kerjanya yang menjadi pemasok pasir juga menjadi korban. Hal itu terjadi lantaran penipu juga memesan pasir, dan oleh korban diarahkan ke temannya itu.
"Dia juga pesan pasir, tapi saya bilang gak jualan. Jadi kukasih nomor teman saya," katanya.
Ternyata bukannya mendapatkan keuntungan dari pesanan pasir, penjual pasir itu juga terkena tipu muslihat. "Teman saya ini juga dimintai pulsa Hp Rp 300 ribu, saya juga merasa bersalah karena saya yang menawarkan," keluhnya.(sla/yit)