PANGKALAN BANTENG – Perbaikan secara swadaya sudah dilakukan tiga tahun terakhir. Dan Jumat (19/5) siang, jembatan di jalan poros Desa Kebun Agung, Pangkalan Banteng, ambles juga. Warga pun memasang rambu peringatan, serta memperbaiki semampunya.
Secara kasat mata dari sisi atas jembatan, tak tampak bahwa jembatan tersebut bermasalah. Namun bila dilihat dari bawah, akan terlihat bahwa tiga dari empat rangka jembatan yang dibangun di awal program transmigrasi itu patah dan melengkung.
”Sangat membahayakan pengendara, saya baru tahu siang ini (kemarin) tadi,” ungkap Agus, kepala Desa Kebun Agung.
Jembatan yang saat ini diperkirakan berusia 30 tahun lebih itu sebenarnya sudah tiga tahun lalu memasuki masa kritis dan nyaris runtuh. Perbaikan hanya dilakukan seadanya oleh pemerintah desa dengan dana swadaya masyarakat.
Pasalnya jalan poros beserta jembatan yang terdapat di dalamnya merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten. Jadi, meski secara umum keuangan desa mampu membangun, hal itu dilarang karena bisa menjadi temuan dan dianggap melanggar penggunaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa.
”Sebenarnya desa mampu memperbaiki, sudah pernah kami rencanakan dan anggaran juga sudah disiapkan, tapi ternyata tidak bisa (secara aturan),” terangnya.
Dengan kondisi tersebut, kini warga yang menggunakan kendaraan roda empat harus melewati jalan memutar melintasi kawasan Arga Mulya bila ingin keluar kampung. Meski bisa dilintasi pengguna sepeda motor, mereka tetap harus hati-hati karena konstruksi jembatan sudah melengkung ke bawah.
”Mobil terutama truk kami stop melintas, motorpun diminta melintas di pinggir, bagian tengah sudah membahayakan,” terangnya.
Pihaknya berharap dinas terkait segera turun ke lokasi, karena perbaikan sementara dengan memberi tambahan pilar penguat di bagian tengah jembatan tidak memungkinkan bertahan lama. ”Kalau tambah pilar di tengah, kami belum berani karena konstruksi jembatan juga sudah rapuh,” harapnya. (sla/dwi)