KASONGAN – Sebulan terakhir, wilayah Kecamatan Tasik Payawan dilanda banjir. Sengsara warga kian bertambah setelah akses jalan satu-satunya putus digerus air. Praktis, ekonomi masyarakatnya ikut terganggu, bahkan sebagian lagi kehilangan sumber penghidupan.
Camat Tasik Payawan Pimanto menuturkan, banjir melanda seluruh wilayah di delapan desa, mulai Luwuk Kiri, Luwuk Kanan, Tumbang Panjang, Tumbang Panggo, Talingke, Hiyang Bana, Handiwung, dan Desa Petak Bahandang.
”Total ada 500-an rumah warga yang kebanjiran, tapi hanya beberapa saja yang lantai terendam air. Semuanya itu tersebar di delapan desa tersebut," ungkapnya kepada Radar Sampit, Selasa (6/6).
Tidak hanya itu, sebutnya, terjangan banjir juga mengakibatkan putusnya akses jalan menuju dan dari sejumlah wilayah desa tersebut. Akibatnya, masyarakat yang rata-rata berprofesi sebagai petani, nelayan, maupun pekerja lepas tersebut kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.
”Karena rata-rata warga petani karet, rotan, atau pengumpul hasil hutan. Karena banjir terus-terusan, mereka sekarang akhirnya tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah keluarga," ungkapnya.
Oleh sebab itu, sejak dua pekan terakhir dirinya mulai mengusahakan pengumpulan bantuan, terutama kepada pemerintah daerah. Namun sayang, keterbatasan anggaran hingga belum ditetapkannya wilayah Tasik Payawan sebagai darurat banjir malah menjadi kendala.
”Bagaimana mau mengucurkan bantuan, sedangkan sampai saat ini belum dinyatakan sebagai darurat musibah banjir. Padahal, wilayah kita sudah sebulan ini kebanjiran," ujar mantan Camat Katingan Hilir itu.
Beruntung, usulan bantuan itu mendapat respons positif dari Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Kalteng di Kota Palangka Raya. Awalnya, kecamatan mengusulkan bantuan beras sejahtera (dulunya raskin) sebanyak 400 kepala keluarga terdampak musibah banjir. Namun, pada akhirnya cuma terealisasi sebanyak 298 KK.
”Masyarakat yang merasa mampu bertoleransi, mereka ikhlas menyerahkan bantuan kepadanya untuk diberikan kepada warga yang benar-benar membutuhkan (miskin)," ungkapnya.
Di sisi lain, bantuan logistik juga mulai berdatangan, di antaranya berasal dari Polres Katingan sebanyak 25 paket sembako, serta tambahan 40 paket dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Katingan.
”Sembako itu rencananya kami bagi Kamis nanti. UPTD Kesehatan juga sudah membuka posko, jadi masalah kesehatan mereka layani gratis. Lalu ada satu warga yang sakit tumor, kami juga fasilitasi untuk dirujuk ke Palangka Raya," imbuhnya.
Sadar bantuan makanan tersebut hanya bersifat sementara, maka sebagian warga yang kehilangan pekerjaan mulai mencari sumber penghasilan lain. Seperti menjual ikan yang melimpah selama banjir.
”Mereka sementara bertahan dari hasil mengais ikan banta. Biasanya menjaring di sekitar sungai atau gorong-gorong jalan. Tapi saya rasa, hasilnya tidak seberapa. Semoga bantuan pemerintah segera datang cepat," tukasnya.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, banjir di wilayahmya dapat bertahan hingga dua bulan lebih. Selain masuk dataran rendah yang cenderung landai, wilayahnya juga menjadi pusat pertemuan antara air sungai dan air laut.
”Kecamatan Tasik Payawan dan Kamipang ini yang menjadi daerah paling rawan banjir. Apalagi kalau banjir kiriman dari daerah hulu sangat besar, semoga saja tidak ada lagi. Sehingga cepat surut, karena perkiraan warga kita akan berlebaran dengan kondisi banjir," pungkasnya. (agg/dwi)