SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Sabtu, 31 Oktober 2015 11:57
Debat Pilkada Masih seperti Lomba Pidato
DIAKHIRI DENGAN BERGANDENGAN TANGAN: Para kandidat usai debat publik tadi malam. Tampak juga para pendukung yang datang ke arena debat.

SAMPIT – Tak sedikit yang kecewa dengan tensi debat publik calon bupati-wakil bupati Kotim tadi malam (30/10). Empat pasang kandidat tampak masih tergagap mengatasi situasi panggung, sehingga acap keluar dari hal-hal substantif. Walhasil, salah satu calon sempat menyimpulkan bahwa debat tadi malam seperti lomba membaca pidato.

Suasana kikuk yang berlangsung hampir sepanjang acara ternyata juga dirasakan oleh moderator Dr HM Jairi, dosen Universitas Palangka Raya. Dia menilai para kandidat memang masih tampak mengakali kegagapan.

”Wajar, masih pertama. Mungkin yang kedua bisa dipoles lagi,” kata dia. Ya, debat tadi malam adalah yang pertama. Masih akan ada dua debat lagi pada 5 November dan 9 November nanti.

Dia menilai, debat jilid pertama ini para calon masih berbicara secara kualitatif, tidak menyentuh data secara riil. Padahal, seorang kepala daerah memerlukan data konkret.

”Yang kedua nanti bisa berbicara data lah, karena jabatan bupati itu sebenarnya bisa ada peningkatan kuantitatif. Kalau berbicara masalah “akan meningkatkan” itu masih kualitatif,” ujarnya

Dikatakan Jairi, dari beberpa pertanyaan yang diajukannya kepada masing-masing pasangan calon, ada hal yang paling subtantif di bagian debat keempat pertanyaan kedua. ”Apa yang akan terjadi kalau terpilih, pertanyaan esensi di situ sebenarnya.  Karena saya melihat kegagapan secara psikologis, wajar lah semua itu terjadi,” pungkasnya.

Secara kasat mata,keakraban pasangan calon bupati dan wakil bupati rupanya terbawa sampai ke arena debat publik kemarin. Hal ini terlihat saat waktu istirahat di sela debat, tampak empat pasangan calon bupati dan wakil bupati ini terbagi dua kubu.

Pasangan Djunaedy Drakel-Haryanto (DJUARA) tampak akrab dengan pasangan nomor urut dua, Supian Hadi-Taufiq Mukri (SAHATI). Begitu juga dengan Muhammad Arsyad-Nadiansyah (MADANI) yang terlihat asyik mengobrol dan bercengkrama dengan pasangan Muhammad Rudini-Supriyadi (ZAMRUD). Tak dimungkiri keakraban dua pasangan calon ini juga menular ke tim kampanye.

Pada sesi ketiga debat, pertanyaan yang dilontarkan moderator justru dijawab santai oleh Drakel. Calon bupati nomor urut satu ini menyebut bahwa jawaban yang disampaikan ketiga pasangan lainnya seperti berpidato. Memang dari awal debat dimulai, pasangan DJUARA memang terlihat lebih santai dibanding tiga pasangan yang lainnya. Jika yang lainnya tampak sibuk mencatat, Drakel justru lebih banyak tersenyum dan tertawa bercanda dengan pendukungnya.

”Kalau memang masih belum meningkat harus ditingkatkan, begitu juga kalau sudah meningkat harus lebih ditingkatkan. Saya kira ini debat pasangan calon, ternyata hanya mendengarkan pidato saja, kapan debatnya?” ucapnya sambil diiringi tertawa pendukungnya.

Raut ketegangan tampak terlihat dari calon bupati nomor urut empat, Muhammad Rudini. Dia yang tampak lancar menyampaikan visi dan misi di sesi pertama, terlihat kesulitan menjawab pertanyaan baik dari moderator dan pasangan calon lainnya. Melihat hal tersebut, Supriadi pun banyak membantu dan terlihat santai menanggapi kegugupan pasangannya yang secara usia memang lebih muda ini.

”Sebagai mantan anggota DPRD Kotim yang pernah duduk di komisi III, saya tahu setiap tahun kita selalu dikeluhkan biaya masuk sekolah yang tinggi, biar ditambahkan sama beliau (menunjuk Supriadi, Red),” kata Rudini.

Sementara perdebatan sengit dan perbedaan pendapat terkait mengenai kemajuan di daerah pelosok yang masih belum mengalami peningkatan, terlihat dari pernyataan yang disampaikan antara Muhammad Arsyad dan Supian Hadi. Arsyad mengklaim selama ini belum ada satu desa di Kotim yang bisa menjadi percontohan wilayah dengan kemajuan paling tinggi. Belum lagi, setiap satu kecamatan belum ada komoditas yang dapat diunggulkan.

”Harusnya ada desa ayam, desa sapi, desa sayur-mayur, tetapi saat ini kita masih ketergantungan dengan daerah Jawa, sapi saja kita masih harus mendatangkan dari Madura,” ujarnya.

Pernyataan calon perseorangan tersebut tentu tak dapat diterima petahana. Supian Hadi menilai jawaban yang dilontarkan seringkali tak sesuai dengan pertanyaan. Dia menyebut selama ini Desa Eka Bahurui Kecamatan MB Ketapang telah meraih penghargaan desa termaju nomor enam secara nasional. Belum lagi, beberapa angka keberhasilan yang selama ini sudah diraih selama lima tahun kepemimpinannya.

”Karena manusia ini bukan Tuhan, tentu masih ada beberapa kekurangan dan akan diperbaiki jika SAHATI melanjutkan jilid dua,” ucapnya.

Debat yang dilaksanakan 90 menit tak hanya dihadiri oleh empat pasangan calon dan tim kampanye saja, tetapi juga Pj Bupati Kotim Godlin, Ketua DPRD Kotim Jhon Krisli, kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD), forum koordinasi perangkat daerah (FKPD), dan tokoh masyarakat Kotim.

Setelah debat tahap pertama dengan subtema meliputi bidang peningkatan pembangunan SDM, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya debat tahap kedua dan ketiga akan dilaksanakan pada 5 dan 9 November nanti. (ang/tha/dwi)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers