KASONGAN – Luapan banjir masih menerjang Kecamatan Katingan Hilir dan sekitarnya. Bahkan mengalami kenaikan debit air. Hingga kemarin, banjir menerjang tujuh dari delapan desa/kelurahan di Katingan Hilir. Korban mencapai 1.256 kepala keluarga (KK).
Hampalit menjadi satu-satunya desa yang bebas banjir sejauh ini. Sedangkan luapan terparah, terjadi di Kelurahan Kasongan Lama, Talian Kereng, dan Desa Tewang Kadamba. Di sini, kawasan permukiman di bantaran sungai menjadi yang terparah diterjang banjir. Seperti Jalan Kelud, Merapi, dan Jalan Kampung Banjar dengan ketinggian air mencapai satu meter lebih.
Ditemui wartawan di RT 12 Kasongan Lama atau Kampung Banjar, Kapolsek Katingan Hilir Iptu Norheriyanto Hidayat mengimbau warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mengingat debit air menunjukkan peningkatan.
”Banjir di Telangkah dan Banut Kalanaman mulai turun. Tapi di Talian Kereng hingga wilayah Kasongan airnya naik. Warga diminta mengungsi, tapi hanya beberapa saja yang mau. Sisanya bertahan di rumah masing-masing," ungkapnya kepada Radar Sampit, Kamis (20/7).
Menurutnya, penolakan evakuasi tersebut lantaran warga menilai musibah banjir di wilayahnya akan segera berakhir. Sebagian lagi bersikap enggan lantaran khawatir meninggalkan harta bendanya tanpa pengawasan.
”Kami pastikan rumah yang ditinggal mengungsi aman. Selain bantu evakuasi, aparat gabungan juga melakukan giat patroli malam, terutama di rumah-rumah kosong," katanya.
Kendati demikian, pihaknya tetap membuka diri bagi warga yang membutuhkan pertolongan, khususnya bagi anak-anak, lansia maupun orang sakit. Hingga saat ini, belum ada satupun korban jiwa akibat luapan banjir.
”Kemarin kami sudah mengevakuasi seorang warga yang terserang stroke ke RSUD Mas Amsyar Kasongan. Hari ini ada juga seorang lansia yang sakit. Belum ada kasus darurat bersalin, tapi masyarakat jangan memaksakan diri untuk bertahan," imbuhnya.
Jikapun begitu, Norheriyanto meminta warga lebih waspada akan potensi tersengat aliran listrik. Mengingat, sebagian besar permukiman penduduk sudah tenggelam cukup tinggi.
”Kabel-kabel dan peralatan elektronik diamankan dari air. Jika tidak terlalu penting, dimatikan saja. Jika terjadi apa-apa, segera melapor kepada petugas," pintanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Katingan Icing menuturkan, tim gabungan telah membuka posko evakuasi, kesehatan, dan dapur umum di halaman Masjid Agung Baitul Yaqin Kasongan. Bangunan masjid dua lantai bisa difungsikan untuk mengungsikan korban banjir.
”Kapasitas masjid diperkirakan sanggup menampung ribuan orang. Tapi sampai sekarang hanya beberapa orang, terutama anak-anak. Sedangkan sisanya masih bertahan di rumah," ungkapnya.
Di sini, para korban banjir bakal mendapatkan fasilitas makan hingga pengobatan gratis. Dirinya meminta agar masyarakat lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan anggota keluarga, terutama anak-anak, wanita, dan lansia.
”Lebih baik mengantisipasi lebih dulu, dari pada terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Sampai saat ini, seluruh anggota BPBD masih menyusuri tiap permukiman dengan perahu karet. Intinya membantu upaya evakuasi," tukasnya.
Berdasarkan pantauan wartawan, rekayasa lalu lintas masih diberlakukan di Jalan Tjilik Riwut Km 10 Kasongan-Hampalit. Tiap lima menit antrean secara bergiliran melalui banjir sepanjang satu kilometer tersebut. Tidak sedikit sepeda motor yang tiba-tiba macet. Lantaran memaksa kuda besinya melalui banjir setinggi 50 cm tersebut. Sedangkan sisanya, lebih menggunakan jasa angkutan penyeberangan.
Amat (29) warga Desa Hampalit sudah tiga hari terakhir mengandalkan mobil pikapnya sebagai angkutan motor. Dalam sekali angkut, dirinya sanggup menampung hingga lima kendaraan roda dua.
”Sekali menyeberang bayarnya Rp 20 ribu. Kebanyakan orang takut melewati banjir itu, karena cukup dalam dan arusnya sangat deras. Sehingga tidak jarang kendaraan yang terseret keluar aspal, karena tidak kuat," ujarnya saat dibincangi Radar Sampit di lokasi, Kamis (20/7).
Menurutnya, luapan banjir saat ini terpantau mengalami penurunan sekitar 20 cm. Sehingga tidak sedikit pesepeda motor yang enggan memakai jasanya.
”Hari pertama, bisa sampai puluhan kali bolak balik mengantarkan penumpang. Sekarang sudah jarang," pungkasnya. (agg/dwi)