KUALA KURUN – Pemenuhan pangan yang cukup secara kuantitas dan kualitas menjadi aspek mendasar dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing.
Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Gunung Mas (Gumas) Rony Karlos pada pertemuan forum Pemangku Kepentingan/Multi Stakeholder Forum (MSF) program kesehatan dan gizi berbasis masyarakat untuk menurunkan stunting (bertubuh pendek akibat kurang gizi secara kronis).
”Program ini harus terus kita galakkan untuk menurunkan stunting di daerah ini. Data dari Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, persentase balita kurang gizi usia 0-59 bulan di Gumas sebesar 19,2 persen. Sedangkan yang memiliki kasus pendek dan sangat pendek sebesar 32,8 persen,” kata Rony, Kamis (10/8).
Dampak stunting, kata dia, meningkatnya risiko kesakitan dan infeksi, terhambatnya perkembangan otak dan fisik, minimnya prestasi belajar dan pendeknya periode bersekolah.
”Akibat anak stunting ini, pada usia produktif akan memiliki penghasilan 20 persen lebih rendah daripada anak yang tumbuh optimal, serta dapat menurunkan pendapatan domestik bruto sebesar 3 persen,” tuturnya.
Masalah ini, lanjut dia, tidak mungkin diselesaikan sektor kesehatan saja. Diperlukan upaya dari sektor lain, di antaranya peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan pangan, pengamanan keamanan pangan yang memadai, serta ketersediaan sarana sanitasi dan air bersih.
”Salah satu upaya maksimal mengatasi masalah gizi ini adalah melalui pendekatan keluarga. Kita akan mampu mencapai hasil yang lebih baik di masa depan asalkan dengan sungguh-sungguh melakukannya,” ujar dia.
Sementara itu, Sekretaris Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan Daerah (BP3D) Elisa menambahkan, program itu bertujuan meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan, memahami strategi pencegahan sensitif, spesifik yang dapat dilakukan tiap individu, serta rencana dan komitmen untuk mencegah stunting. (arm/ign)