KASONGAN - Kendati banyak petani mengeluhkan anjloknya harga, bisnis rotan masih menggeliat. Aktivitas bongkar muat rotan skala besar masih berlangsung. Produk rotan setengah jadi tersebut dijual ke berbagai wilayah di luar Kalimantan.
"Di Pelabuhan Desa Baun Bango memang akhir-akhir ini ada aktivitas bongkar muat rotan. Jadwalnya tidak tentu, tapi biasanya diangkut menggunakan truk dan dimasukkan ke dalam kapal," ungkap Camat Kamipang Sukarti, belum lama ini.
Dalam sekali angkut, kapal sanggup menampung sembilan hingga 15 ton rotan.
"Memang beberapa waktu lalu, kita bersama Sekda serta jajaran kepolisian dan TNI pernah mendatangi kapal itu. Ternyata dokumen pelayaran mereka lengkap, kalau tidak salah akan dibawa ke Cirebon dan Riau," tukasnya.
Ketua Lembaga Kalaborasi Peduli Pengusaha Rotan Ramah Lingkungan (LKPPRRL) Provinsi Kalteng Sarwepin menuturkan, pihaknya belum mengetahui adanya aktivitas bongkar muat rotan skala besar di Desa Baun Bango. Kendati demikian, pihaknya merasa gembira jika usaha rotan yang mayoritas digeluti masyarakat Katingan masih berjalan.
"Terlepas dari berbagai spekulasi, artinya perdagangan rotan masih berlangsung sampai saat ini. Artinya rotan masih mempunyai pasar di luar daerah, hanya saja secara umum petani kita belum bisa mendapat kesejahteraan dari usaha ini," ujarnya.
Nida (37) pengumpul rotan mentah di Desa Tumbang Liting Kecamatan Katingan Hilir menuturkan, rotan hasil olahannya biasa dijual kepada pengusaha langganannya di Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.
"Biasanya mereka yang ambil ke sini pakai truk, dibawa ke Banjarmasin. Tapi harganya makin lama makin turun, kadang naiknya cuma sedikit," ujar ibu dua anak itu.
Kendati demikian, dirinya berjuang semampunya untuk tetap bertahan dengan kondisi harga yang ada saat ini. Sebab, rotan sudah menjadi sumber penghidupan sejak lama.
"Kalau kita tutup, kasihan masyarakat (petani rotan swadaya, Red) mau jual kemana lagi. Walaupun untungnya tipis, setidaknya masih bisa untuk bertahan," pungkasnya. (agg/yit)