PALANGKA RAYA – Sudah menjadi hal biasa apabila menjelang tahun baru, banyak pedagang dadakan petasan, kembang api dan terompet bemunculan di pinggir jalan. Ini seperti yang terpantau, di beberapa titik di Kota Cantik Palangka Raya sudah mulai ramai, seperti di Jalan Tjilik Riwut, dan areal Bundaran Besar.
Omzet jualan kembang api ini tergolong menggiurkan. Bayangkan, dalam sehari mamou menembus angka Rp 15 juta. Seperti pengakuan Iru, salah satu pedagang yang mangkal di Jalan Tjilik Riwut. Ia mengaku, sudah membuka dagangnya sejak seminggu yang lalu, meskipun belum banyak pembeli namun dalam sehari, dirinya sudah mampu memperoleh Rp 5-15 juta.
“Modal yang kita pergunakan mencapai Rp 150 juta, petasan dan kembang api yang kita jual kisaran Rp 7 juta rupiah (totalnya, Red) tergantung model dan jumlah letusan petasan,” ucapnya saat dibincangi sembari melayani pembeli, Kamis (28/12).
Pemilik kios yang buka sejak pagi hingga malam hari tersebut, membeberkan bahwa untuk saat ini pembeli belum terlihat meskipun sudah ada, biasanya pembeli akan membeludak ketika menjelang akhir tahun tepatnya menjelang pergantian tahun.
“Pembeli biasanya datang dari luar daerah Palangka Raya, dan biasanya yang datang adalah mereka yang memborong untuk dijual lagi di daerahnya, sedangkan saat ini pembeli yang ada hanyalah untuk diperguankan sendiri,” tukasnya.
Sementara itu salah satu pedagang terompet, Asad, mengaku tidak terlalu khawatir tentang adanya isu bahwa terompet bisa menularkan virus. Pasalnya masyarakat lebih pintar untuk memilih terompet yang memang buatan pabrik dan buatan industri rumahan.
“Bila barang yang kita ambil sengaja kita datangkan dari luar daerah, dan bukan industri rumahan, jadi dengan adanya isu yang beredar bahwa terompet bisa meyebarkan virus itu biasa saja, karena masyarakat konsumen lebih pintar dan bisa memilih,” pungkasnya.(rm-86/vin/gus)