BARITO SELATAN – Lagi-lagi diduga ada pembantaian satwa orangutan di Kalimantan Tengah. Ini setelah Balai Konservasi Sumber Daya Alam ( BKSDA) Kalimantan Tengah dan personel Polsek di Barito Selatan menemukan seekor orangutan yang tewas dan bangkainya ditemukan mengapung di Sei Barito, sekitar Jembatan Kalahien, Buntok, Senin (15/1).
Walaupun belum diketahui penyebab pasti kematian satwa langka dilindungi itu, polisi maupun pihak BKSDA juga belum bisa menyimpulkan. Tetapi berdasarkan penglihatan dari dari kondisi bangkai orangutan itu, yang mana antara badan dan kepala terpisah, diduga kuat adalah merupakan korban pembantaian oleh orang tak bertanggung jawab.
Informasi dari Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) disebutkan kasus penemuan mayat orangutan di Sungai Kalahien Buntok. Awalnya pada pagi hari seorang warga Desa Kalahien yang tinggal di lanting melihat sesuatu seperti mayat manusia dengan tangan dan kaki yang tersangkut di pinggir sungai.
“Iya benar kami diinformasikan hal tersebut dan patut kita pertanyakan kenapa tidak dilakukan otopsi oleh BKSD. Kami siap bantu sebab alat dan dokter hewan ada dan setidaknya kita tahu sedikit penyebab kematian dan atau jika mau diproses hukum,” ujar Humas Yayasan BOS Palangka Raya, Agung melalui rilisnya.
Ia menyebut, kemudian, penemuan itu dilaporkan ke polsek terdekat. anggota polsek bersama dengan warga sekitar lalu mengangkat mayat tersebut ke daratan. Baru diketahui ternyata bukan mayat manusia tetapi mayat orangutan. Tak lama pihak polsek menghubungi pihak terkait.
Berdasarkan laporan kondisi fisik mayat orang utan, bulu diseluruh tubuh sudah rontok semua, mayat orangutan tersebut ditemukan dalam kondisi tanpa kepala dan kondisi tangan yang hampir putus. Kaki dalam kondisi lengkap, ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik seperti bekas sabetan senjata tajam dan kepala orangutan tersebut sampai sekarang belum ditemukan.
Kemudian, di lokasi tempat awal kejadian belum dapat ditentukan karena dikira mayat orang utan tersebut sudah hanyut mengikuti aliran sungai kurang lebih dua hari. Orangutan itu berkelamin jantan dan merupakan orangutan dewasa dan diperlukan empat orang dewasa untuk dapat mengangkat mayat orangutan itu.
Agung menegaskan kembali BOS Foundation menyayangkan kejadian ini, jika benar kematian orangutan yang ditemukan mengapung di sungai ini akibat Konflik dengan manusia, yakni berupa beberapa luka sabetan benda tajam dan tanpa kepala.
“Kami mengutuk keras hal ini. Disamping itu kami juga mengajak berbagai pihak terkait semakin gencar pelestarian orangutan Kalimantan yang kini statusnya sudah sangat terancam punah. Stop perburuan, stop pembunuhan dan kekerasan terhadap orangutan,” pungkasnya. (daq/vin/gus)